Seolah lebih paham
terhadap agama Islam, seorang Kristen menyatakan bahwa “kebanyakan umat Muslim
sama sekali tidak mengenal Injil atau pun kalau tahu hanya sedikit sekali atau
bahkan memiliki anggapan yang salah”. Padahal menyebut rukun Islam ke tiga saja dia salah, bagaimana mau mengoreksi kesalahan umat Islam? Rukun
Islam ke tiga dalam Islam adalah mengimani kitab-kitab Allah Subhanahu
Wata'ala, diantaranya Kitab Zabur, Kitab Taurat, Kitab Injil dan kitab
Al-Qur'an. Jadi bukan hanya kitab Injil yang yang harus diimani umat Islam.
Menurutnya, “ketika
Tuhan memerintahkan umat Muslim untuk beriman kepada Injil karena Injil itu
benar. Jika tidak, tentu Tuhan tidak akan memerintahkan umat Muslim untuk
mengimani Injil. Masa iya Tuhan memerintahkan umat Muslim untuk beriman kepada
sesuatu yang telah hilang atau berubah?” Selanjutnya dia menjelaskan bahwa
Injil yang harus di imani oleh umat Islam adalah kitab Kristen yang juga
bernama Injil dengan mengatakan: “Kebanyakan orang salah mengerti bahwa
Injil itu adalah
sebuah kitab yang diturunkan hanya untuk orang Nasrani padahal
jelas sekali umat Muslim pun diperintahkan untuk mengimani Injil. Namun,
Injil sendiri sebenarnya bukan sekedar buku atau kitab seperti dugaan orang.
Injil secara harafiah berarti kabar baik”. Selanjutnya
tentu saja si Kristen memaparkan ajaran-ajaran Kristen dalam Injil mereka dan
berharap umat Islam bersedia menerimanya.
Yang perlu
dijelaskan terlebih dahulu adalah arti iman kepada kitab-kitab Allah yang
menjadi rukun Islam ke tiga.
Iman kepada
kitab-kitab Allah berarti meyakini bahwasanya Allah Subhanahu wata’ala telah
menurunkan kitab-kitab wahyu kepada para Nabi-Nya, yaitu kitab Zabur kepada
Nabi Daud ‘Alaihissalam, kitab Taurat kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam, kitab
Injil kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam dan Kitab Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi wasallam. Keharusan beriman kepada Zabur, Taurat dan Injil
tidak menjadikan umat Islam harus menjalankan ajaran dari kitab-kitab tersebut.
Alasannya, karena Allah Subhanahu wata’ala telah menurunkan kitab-kitab
tersebut khusus bagi umat tertentu dalam batas waktu yang Allah Subhanahu
wata’ala kehendaki. Sedangkan Al-Qur’an adalah kitab wahyu Allah Subhanahu
wata’ala yang terakhir, yang terjaga dan diperuntukkan bagi seluruh manusia
sebagai petunjuk sampai dengan hari kiamat nanti. Dalam hadits Shahih Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alahi Wasallam bersabda;
“Keberadaan kalian di antara umat-umat terdahulu
seperti permisalan antara antara shalat 'ashar hingga matahari terbenam. Pemeluk
taurat diberi taurat dan mereka mengamalkannya hingga pertengahan siang,
kemudian mereka tidak bisa lagi mengamalknnya sehingga diberi satu qirath.
Kemudian pemeluk injil diberi injil dan mereka mengamalkannya hingga shalat
'ashar didirikan lantas mereka tidak bisa lagi mengamalkannya, dan mereka
diberi satu qirath. Kemudian kalian diberi Al Qur'an dan kalian mengamalkannya
hingga matahari terbenam, lantas kalian diberi dua qirath dua qirath...” (Bukhari: 6979)
Hadits di atas
adalah perumpamaan yang Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wasallam buat untuk
menjelaskan kedudukan umat Islam. Arti perumpamaan tersebut bahwa umat Yahudi
diberi Taurat dan mengamalkannya sampai diturunkannya Injil, umat Nasrani
diberi Injil dan mengamalkannya sampai diturunkannya Al-Qur’an, sementara itu umat
Islam diberi Al-Qur’an dan mengamalkannya sampai matahari terbenam yaitu sampai
tiba hari kiamat. Jadi seandainya pun ditemukan Injil yang sejati atau
kitab-kitab lainnya yang isinya utuh tidak ada kerusakan di dalamnya, maka
Injil atau kitab-kitab tersebut sudah tidak berlaku dan Allah Subhanahu wata’ala
tidak akan memberikan pahala sebab mengamalkannya. Tidak ada pilihan bagi
manusia yang hidup di zaman telah turunnya Al-Qur’an agar dapat selamat,
kecuali menerima Islam sebagai agamanya. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam, bersabda: “Demi Dzat yang jiwa
Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan
Nasrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan
agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (Muslim: 218)
Injil Yang
Sejati!
Kristen: “ketika
Tuhan memerintahkan umat Muslim untuk beriman kepada Injil karena Injil itu
benar. Jika tidak, tentu Tuhan tidak akan memerintahkan umat Muslim untuk
mengimani Injil. Masa iya Tuhan memerintahkan umat Muslim untuk beriman kepada
sesuatu yang telah hilang atau berubah?”
Jawab: Injil
yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam memang pada mulanya benar, tapi
apakah ada jaminan bahwa kitab itu tidak akan pernah hilang, berubah atau
dipalsukan?
Umat Islam
bukanlah umat bodoh yang tidak mengenal Injil. umat Islam juga sangat tahu mana
Injil yang sejati dan mana Injil abal-abal. Injil sejati adalah kitab Allah
Subhanahu wata’ala yang diturunkan kepada Nabi Isa ‘Alaihissalam sebagai
petunjuk untuk Bani Israel. Sedangkan Injil abal-abal bukanlah kitab Allah
Subhanahu wata’ala. Injil abal-abal hanyalah tulisan tangan-tangan manusia yang
entah bagaimana dianggap telah di ilhami Roh Kudus. Injil abal-abal ini
kemudian dinamakan dengan nama-nama murid-murid Yesus agar dianggap suci. Di dalamnya
tidak ada firman Tuhan, di dalamnya hanya ada kisah perjalanan Yesus yang
ditulis dari kesaksian-kesaksian saksi mata entah siapa mereka. Yesus tidak
pernah mengenal, membaca atau mengajarkan Injil abal-abal ini, apalagi
membenarkan isinya. Injil yang di imani oleh umat Islam adalah Injil yang
sejati, Injil yang diturunkan dan diajarkan Nabi Isa ‘Alaihissalam kepada umatnya
bani Israel, bukan Injil abal-abal yang diberi nama Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.
Benar sekali dan tampaknya injil yang sejati sudah ga mungkin lagi ada dan ditemukan. Walaupun ada injil barnabas tapi ga menjamin 100% asli karena terdapat beberapa kesalahan
BalasHapus