Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: kata ”Natal” berasal dari
bahasa Latin, artinya ”lahir”. Secara istilah, Natal berarti perayaan hari kelahiran
Isa Al-Masih. Baik Injil maupun Al-Quran tidak pernah mencatat tanggal berapa
pastinya Isa Al-Masih lahir. Injil juga tidak pernah memerintahkan umat Kristen
untuk merayakan Natal. Walaupun demikian, kenyataannya mereka selalu merayakan
Natal setiap 25 Desember. Pada setiap 25 Desember ada perayaan hari kelahiran
Dewa Matahari di Roma. Tanggal ini juga merupakan penutup festival Saturnalia
(17-24 Desember) di mana matahari mulai kembali menampakkan sinarnya dengan
kuat pada akhir salju. Perayaan tersebut tidak hanya dirayakan oleh orang-orang
kafir saja tetapi juga oleh orang-orang Kristen keturunan yang belum bertobat. Kenyataan
ini mendorong para pemimpin gereja kala itu mengalihkan penyembahan Dewa Matahari,
menjadi perayaan “Matahari Kebenaran” yaitu Isa Al-Masih. Perayaan “Matahari Kebenaran”
ini sekarang dikenal dengan sebutan “Natal.” Sejak tahun 336, secara resmi, perayaan
Natal dilakukan setiap tanggal 25 Desember. Ketentuan ini diresmikan oleh
Kaisar Konstantin yang kala itu menjadi lambang Raja Kristen. Natal kemudian
dirayakan di Anthiokia, Syria pada Tahun 375, Konstantinopel, Turki tahun 380, dan
Aleksandria, Mesir (tahun 430). Kemudian menyebar ke tempat-tempat lain
termasuk Indonesia.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengakui bahwa Injil tidak
pernah mencatat tanggal berapa pastinya Yesus lahir. Mereka juga tahu kalau
Injil tidak pernah memerintahkan untuk merayakan Natal. Lalu dengan alasan apa
mereka masih merayakannya?!
Telah di akui juga oleh Kafir
Kristen pemuja Yesus bahwa tanggal 25 Desember adalah hari di mana orang-orang Romawi
pemuja berhala merayakan hari kelahiran Dewa Matahari. Agar agama Kristen mudah
diterima oleh orang-orang Romawi, maka para pemimpin gereja pada waktu itu memperingati
hari lahirnya Yesus sama dengan hari lahirnya Dewa Matahari. Sejak tahun 336
secara resmi peringatan kelahiran Yesus dirayakan sama dengan peringatan hari
lahirnya Dewa Matahari. Langkah para pemimpin gereja ini di nilai berhasil,
karena sejak saat itu orang-orang pagan pemuja matahari “bertobat” menjadi
pemuja Yesus. Dengan fakta sejarah yang demikian gamblang, kafir pemuja Yesus
masih saja berkilah dengan mengatakan bahwa Natal bukanlah perayaan Dewa
Matahari. Mereka mengatakan bahwa Natal adalah usaha untuk mengalihkan orang
Roma dari perayaan Dewa Matahari ke arah “Matahari Kebenaran” yaitu Yesus. Padahal
mereka tahu kalau tanggal 25 Desember bukanlah tanggal kelahiran Yesus, tetapi
tanggal lahirnya Dewa Matahari. Jika tanggal 25 Desember bukan tanggal lahirnya
Yesus, lalu peringatan Natal untuk merayakan kelahiran siapa kalau bukan
merayakan kelahiran Dewa Matahari, kecuali kalau memang terbukti Yesus lahir di
tanggal yang sama.
Sebagian umat Islam memang
ikut-ikutan merayakan Natal, tapi itu bukan pandangan mayoritas ulama. Jangankan
ikut-ikutan merayakan Natal, mengucap selamat Natal saja haram kok. Kenapa,
karena perayaan Natal adalah bagian dari syiar-syiar agama pemuja Yesus. Allah
tidak meridhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya di dalam
pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka
dan ini diharamkan. Para ulama juga berpendapat wajib menjauhi berbagai
perayaan orang-orang kafir, menjauhi dari sikap menyerupai perbuatan-perbuatan
mereka, menjauhi berbagai sarana yang digunakan untuk menghadiri perayaan
tersebut, tidak menolong seorang muslim di dalam menyerupai perayaan hari raya
mereka, tidak mengucapkan selamat atas hari raya mereka serta menjauhi
penggunaan berbagai nama dan istilah khusus di dalam ibadah mereka. Oleh karena
Natal adalah perayaan lahirnya Dewa Matahari dan haram hukumnya bagi umat Islam
menyerupai kekafiran mereka, maka tidak pantas bagi umat Islam untuk merayakan
Natal atau merayakan hari lahirnya Dewa Matahari di tanggal 25 Desember.
Kafir Kristen pemuja Yesus
mengutip sebuah ayat Al-Qur’an yang artinya, Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku
dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup
kembali." (Maryam: 33). Kafir
Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa ayat tersebut menyatakan Isa Al-Masih
yang telah meninggal telah dibangkitkan hidup kembali. Mereka telah berbohong. Ayat
tersebut adalah doa Nabi Isa AS agar dirinya dilimpahkan kesejahteraan pada
saat dilahirkan, pada saat meninggal dan pada saat dirinya dibangkitkan
kelak setelah kiamat. Bagaimana mungkin Nabi Isa AS dibangkitkan dari mati
dua ribu tahun yang lalu, kalau di salib dan mati saja tidak. Firman Allah SWT
yang artinya, dan karena ucapan mereka:
"Sesungguhnya kami telah membunuh Al
Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya
dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang
yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh
itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa. (An
Nisaa': 157).
Nabi Isa AS tidak mati dan tidak
di salib, tetapi yang dibunuh dan di salib itu adalah orang lain yang
diserupakan dengan Nabi Isa AS. Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan
mengangkatnya. Kelak di akhir zaman dia akan turun, selain untuk menjadi hakim
yang adil, beliau juga akan menghancurkan salib dan menolong umat Islam dari
fitnah Dajjal. Menjadikan Yesus sebagai korban tebusan dosa tidak akan dapat menyelamatkan
anda, sebab Darah
Yesus tidak dapat menyelamatkan karena Yesus
bukan korban tebusan yang sempurna. Bertaubatlah kalian wahai para pemuja
Yesus, sebelum segalanya terlambat.
0 Response to "Wajibkah Umat Kristen dan Islam Merayakan Natal?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.