Apakah Anda setuju dengan
pembakaran Al-Quran? Beberapa tahun lalu seorang pendeta di Florida, Amerika
Serikat akan membakar Al Quran. Umat Muslim dan para pemimpin Kristen mencegah
rencana itu. Tahukah Anda bahwa pada permulaan agama Islam, orang Islam sendiri
membakar Al-Quran? Apakah itu bukti campur tangan manusia dalam pembentukan
Al-Quran?
Kalifah Utsman Dan Pembentukan Al-Quran
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kalifah Ustman memerintahkan
sebuah tim untuk “. . . menulis banyak salinan, . . . mengirim satu salinan
Qur’an ke setiap propinsi Muslim, dan memerintahkan semua tulisan-tulisan
Qur’an lain, baik yang ditulis di beberapa naskah atau seluruh buku, dibakar”
(Sahih Bukhari, 61:510).
Jawaban Saya: Umat Islam mempercayai bahwa Al-Qur’an adalah puncak
penutup wahyu Allah yang diperuntukkan bagi manusia yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Pengertian Al-Qur’an jika
ditinjau dari segi kebahasaan berasal dari Bahasa Arab yang artinya “bacaan”
atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. Konsep pemakaian kata Al-Qur’an
dijumpai pada salah satu Surat Al-Qur’an sendiri yakni pada Surat Al-Qiyaamah
ayat 17 dan 18 yang artinya: “Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an (didalam
dadamu) dan(menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami.
(Karena itu) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti (amalkan).”
Kemurnian kitab suci Al-Qur’an
dijamin langsung oleh Allah yaitu Dzat yang menciptakan dan menurunkan
Al-Qur’an itu sendiri yang termaktub di dalam
firman-Nya yaitu Al-Qur’an Surat Al-Hijr ayat 9 yang artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan
Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. Dan
kenyataannya kita bias melihat Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab yang mudah
dipelajari bahkan sampai dihafal oleh beribu-ribu umat Islam.
Di masa kepemimpinan Khalifah
Utsman bin Affan, mengalami perluasan wilayah pemerintahannya telah sampai ke
Armenia dan Azarbaizan di sebelah timur, dan Tripoli di sebelah barat. Dengan
demikian kaum Muslimin telah berpencar sampai ke Mesir,Syiria, Irak, Persia,
dan Afrika. Ke mana orang-orang Muslim pergi dan di manapun mereka tinggal
Al-Qur’an tetap menjadi imam mereka dan di antara mereka banyak yang menghafal
Al-Qur’an. Mereka juga mempunyai naskah-naskah dari Al-Qur’an akan tetapi
naskah-naskah yang mereka punyai tidak sama susunan surat-suratnya.
Begitu juga ada di dapati di antara
mereka pertikaian tentang bacaan itu, asal mula pertikaiannya ini adalah karena
Nabi Muhammad SAW memberi kelonggaran pada kabilah-kabilah Arab yang ada di
masanya. Untuk membaca dan melafalkan Al-Qur’an itu menurut bahasa mereka
masing-masing, kelonggaran ini diberi oleh Nabi Muhammad SAW supaya Al-Qur’an
mudah dihafalkan oleh para kabilah-kabilah tersebut. Tetapi fenomena ini
ditangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga
sebagai panglima perang pasukan Muslim yang bernama Huzaifah bin Yaman. Ketika
Huzaifah bin Yaman ikut dalam pertempuran menakhlukkan Armenia dan Azerbaizan
(dulu termasuk dalam Uni Soviet) maka selama dalam perjalanan perang, dia
pernah mendengar pertikaian Kaum Muslimin tentang bacaan Ayat Al-Qur’an dan dia
pernah mendengar perkataan seorang Muslim kepada temannya bahwa “bacaanku lebih
baik dari bacaan-bacaanmu.”
Keadaan ini mengagetkan Huzaifah
bin Yaman, maka pada waktu dia kembali ke Madinah Huzaifah bin Yaman segera
menghadap Utsman bin Affan dan menyampaikan kepadanya atas kejadian-kejadian
yang terjadi di mana terdapat perbedaan bacaan Al-Qur’an yang mengarah ke perselisihan.
Lalu Utsman bin Affan meminta Hafsah bin Umar meminjamkan Mushaf-Mushaf yang
dimilikinya yang ditulis pada masa Khalifah Abu Bakar untuk disalin oleh
panitia yang telah dibentuk oleh Utsman bin Affan, yang anggotanya terdiri dari
para sahabat di antaranya Zaid bin Tsabit, sebagai ketua, Abdullah bin Zubair,
Said bin ‘Ash dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Tugas panitia ini ialah
membukukan Al-Qur’an, yakni menyalin dari lembaran-lembaran yang tersebut
menjadi buku. Dalam pelaksanaan tugas
ini Utsman bin Affan menasihatkan supaya :
a. Mengambil pedoman kepada bacaan mereka yang
hafal Al-Qur’an.
b. Kalau ada pertikaian antara mereka tentang
bahasa (bacaan), maka haruslah dituliskan menurut dialek Suku Quraisy, sebab
Al-Qur’an itu diturunkan menurut dialek mereka.
Kodifikasi dan penyalinan kembali
Mushaf Al-Qur’an ini terjadi pada tahun 25 H. Setelah panitia selesai selesai
menyalin Mushaf, Mushaf Abu Bakar dikembalikan lagi kepada Hafsah. Selanjutnya
Utsman bin Affan memerintahkan untuk membakar setiap naskah-naskah dan
manuskrip Al-Qur’an selain Mushaf salinannya yang berjumlah enam Mushaf. Mushaf
hasil salinan tersebut dikirimkan ke kota-kota besar yaitu Kufah, Basrah,
Mesir, Syam, dan Yaman. Utsman menyimpan satu Mushaf untuk ia simpan di Madinah
yang belakangan dikenal sebagai Mushaf Al-Imam.
Jadi kalau ingin bicara masalah
kodifikasi Al-Qur’an yang dilakukan oleh Utsman bin Affan, memang harus
diceritakan runtut seperti ini, agar diketahui dengan pasti tujuan Utsman bin
Affan memerintahkan untuk membakar
setiap naskah-naskah dan manuskrip Al-Qur’an selain Mushaf salinannya tersebut.
Tujuan dari tindakan Utsman bin Affan tersebut adalah untuk menyatukan bacaan
Al-Qur’an dan menghindarkan umat Islam dari perpecahan mengenai Al-Qur’an,
sebagaimana perpecahan yang telah menimpa Yahudi dan Nasrani mengenai kitab
suci mereka. Semua sahabat-sahabat Nabi SAW pada saat itu setuju dengan semua
tindakan Utsman bin Affan, tidak ada seorang pun dari mereka memprotes tindakan
Utsman bin Affan.
Lengkapkah Al-Quran Versi Utsman?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Aisyah (istri kesayangan
Muhammad) bersaksi "Telah turun ayat . . .
lembaran ayat itu ada di bawah kasurku, . . . hingga burung-burung masuk
dan memakannya" (Ibnu Majah1934). As-Suyuti, menyaksikan Aisyah
berkata,"Selama masa Nabi, . . . Surah al-Ahzab berisi 200 ayat. Ketika
Utsman mengedit Quran, hanya ayat-ayat sekarang ini (73) yang tertinggal."
As-Suyuti, salah seorang pakar
Al-Quran yang paling dihormati mengutip Ibn ‘Umar al Khattab: "Janganlah
ada di antara kalian yang mengatakan bahwa ia mendapatkan seluruh Quran, . . .?
Banyak dari Quran telah hilang. Oleh karena itu, kalian harus mengatakan ‘Saya
mendapatkan sebagian Quran yang ada’" (As-Suyuti, Itqan, part 3, page 72).
Campur tangan Utsman sangat jelas ketika dia tidak memasukkan 127 ayat dari
surah Al-Ahzab dan ayat-ayat lainnya yang hilang. Bukankah tindakan itu membuat
orang berpikir bahwa Al-Quran bukanlah wahyu Allah?
Jawaban Saya: Sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW adalah orang-orang
yang memiliki daya ingat yang kuat, sebagaimana ingatan orang-orang Arab pada
masa itu. Di masa itu umat Islam lebih banyak membaca Al-Qur’an dari hafalan,
bukan hanya terpaku pada lembaran-lembaran Al-Qur’an. Jadi biarpun semua burung-burung
di dunia ini memakan semua manuskrip Al-Qur’an yang ada di masa itu, Al-Qur’an
tetap utuh terlindung dari kepunahan.
Salah satu rujukan misionaris
untuk menyatakan Al-Qur’an palsu adalah buku The Origins of the Koran, Classic
Essays on Islam’s Holy Book karya Ibn Warraq (nama samaran). Setelah keluar
dari Islam, murtadin asal Pakistan yang pernah menjadi kurir Salman Rushdie ini
mendirikan Institute for the Secularisation of Islamic Society (ISIS), yang
memfokuskan diri pada kritik Al-Qur’an. Di antara amunisi Ibn Warraq untuk
menggugurkan otentisitas Al-Qur’an adalah tudingan bahwa surat Al-Ahzab yang
dimiliki umat Islam ini sudah tidak asli, karena menyusut 127 ayat dari
Al-Qur’an asli yang diajarkan Rasulullah SAW.
Ibn Warraq menulis: Sementara
kaum cendekiawan Muslim dari tahun-tahun awal Islam jauh lebih fleksibel
daripada Muslim sekarang. Mereka menyadari bahwa ada bagian-bagian Al-Qur’an
yang hilang, menyimpang, dan ada banyak ribu variasi. Misalnya, As-Suyuti
(wafat 1505), salah seorang pakar Al-Qur’an yang paling terkenal dan dihormati,
mengutip pernyataan Ibnu Umar Al-Khatthab: “Janganlah salah seorang dari kalian
mengatakan bahwa ia telah mendapatkan seluruh Quran, karena bagaimana dia tahu
bahwa itu memang keseluruhannya? Banyak dari Quran telah hilang. Oleh karena
itu kalian harus mengatakan, “Aku telah mendapatkan bagian Al-Qur’an yang ada”
(As-Suyuti, Itqan, jilid III, halaman 72). As-Suyuti juga menceritakan, Aisyah
istri tersayang nabi mengatakan, “Pada masa Nabi, surat Al-Ahzab berjumlah 200
ayat. Tapi setelah Usman melakukan kodifikasi, jumlahnya menyusut menjadi
seperti sekarang (yakni 73 ayat)”]
Secara sederhana, validitas
khabar yang dikutip Ibn Warraq itu patut dipertanyakan, karena tidak
mencantumkan sanad yang shahih sampai kepada shahabat Aisyah RA. Secara ilmiah,
ulama hadits Syaikh Muhammad Thahir Ibnu ‘Asyur menyimpulkan bahwa riwayat
tersebut tidak bisa dipercaya. Penulis kitab tafsir At-Tahrir Wat-Tanwir –yang
lebih dikenal dengan Tafsir Ibnu Asyur– ini menyebut riwayat yang mencatut nama
Aisyah Ummul Mukminin itu sebagai “sanad yang paling lemah” (Tafsir At-Tahrir
Wat-Tanwir X/246). Ulama lainnya, Syaikh Muhammad Izzah Daruzah yang telah
melakukan penelitian terhadap khabar itu, menyebutnya sebagai khabar yang tidak
dipercaya (dhaif) dan tidak terdapat dalam kitab hadits yang shahih. Maka
tawaquf (abstain) dari khabar tersebut lebih afdhal.
Selain itu, dalam mushaf Utsman
RA dinukil dari mushaf yang telah disusun pada masa Abu Bakar RA, tidak mungkin
terjadi penghapusan satu ayat pun, apalagi sampai ratusan ayat seperti yang
dituduhkan itu. Apalagi Aisyah RA adalah wanita yang kuat hafalannya baik
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an maupun hadits nabi. Sehingga sangat tidak masuk
akal jika Aisyah hanya berdiam diri saat menjumpai ada ratusan ayat yang
dihapus. Kalaupun pengurangan ayat itu terjadi tidak masuk akal pula kalau
dirinya tidak membantah” (At-tafsir Al-Hadits; Tafsir Suwar Murattabah Hasba
Nuzul, VIII/238-239).
Secara logika, penyusutan ayat
dari 200 menjadi 73, artinya hilang 127 ayat. Ini bukan suatu jumlah yang
sedikit. Seandainya Utsman RA mengorupsi 127 ayat Al-Qur’an pada proses pembukuan,
bisa dipastikan umat Islam akan heboh pada waktu itu, bahkan bisa terjadi
konflik berdarah yang akan menggagalkan proses pembukuan Al-Qur’an. Jika berani
mengorupsi ayat Al-Qur’an meskipun hanya satu ayat, pastilah Utsman akan
menuai komplain dari para shahabat lainnya, karena jumlah shahabat yang hafal
Al-Qur’an sangat banyak.
Riwayat dhaif tentang komplain
Aisyah terhadap mushaf Al-Qur’an, semakin terbantah dengan adanya ijma’
(consensus) umat Islam terhadap mushaf Al-Qur’an pada waktu itu. Setelah mushaf
Al-Qur’an pada masa Utsman selesai dibukukan, naskah tersebut diverifikasi dan
dicek dengan mushaf dari Hafshah, lalu dibacakan kepada para shahabat di depan
Utsman. Ternyata tak satu pun shahabat penghafal Al-Qur’an yang memprotes
(komplain).
Allah Berfirman Dan Membentuk Alkitab
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Allah mewahyukan firman-Nya
selama 1500 tahun. Lalu orang Yahudi, di bawah pimpinan Roh Allah, membukukan
kitab Taurat, Zabur dan nabi-nabi, 400 tahun sebelum kelahiran Isa Al-Masih.
Orang Kristen, di bawah pimpinan Roh Allah, membukukan Injil dan surat-surat
para rasul sekitar tahun 90 Masehi. Orang Kristen tidak pernah membakar
naskah-naskah Alkitab seperti yang dilakukan kalifah Utsman terhadap tulisan
Al-Quran yang berbeda dari versinya. Orang Yahudi dan Kristen mengakui Taurat,
Zabur, dan Kitab Para Nabi adalah wahyu Allah. Jika salah satu memalsukan atau
merubahnya pasti akan ketahuan, bukan?
Naskah salinan Injil dan
Surat-Surat Para Rasul sebanyak 24,000, tersebar di berbagai tempat, Asia dan
Eropa. Jadi mustahil memalsukan Injil.
Jawaban Saya: Bible terdiri dari dua kitab, Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Perjanjian Lama adalah kitab yang terdiri dari banyak
kitab-kitab yang di percaya telah ditulis oleh para Nabi, termasuk Nabi Musa. Sedangkan
Perjanjian Baru adalah kitab yang terdiri dari banyak kitab-kitab, termasuk
empat buah kitab Injil yang di percaya telah di tulis oleh murid-murid Yesus di
bawah bimbingan Roh Kudus. Untuk mempermudah dalam menjelaskan masalah ini,
saya akan memisahkan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru.
Perjanjian Lama: Seperti
yang sudah sedikit saya jelaskan, Perjanjian Lama adalah kitab yang terdiri
dari banyak kitab-kitab yang di percaya telah ditulis oleh para Nabi. Walaupun
kitab-kitab dalam Perjanjian Lama di percaya telah ditulis oleh para Nabi,
tetapi tidak ada bukti yang memperkuat klaim tersebut. Jika anda tidak percaya,
boleh anda tanyakan kepada orang-orang kafir Kristen. Mintalah kepada mereka
untuk memberikan bukti kalau kitab-kitab dalam Perjanjian Lama itu ditulis oleh
para Nabi, pasti mereka tidak akan mampu menunjukkan buktinya.
Dalam kitab-kitab Perjanjian Lama
memang banyak mengisahkan kisah para Nabi, bahkan sebagian nama kitab-kitab
Perjanjian Lama menggunakan nama-nama
Nabi, tetapi hal tersebut bukanlah jaminan bahwa penulis kitab-kitab tersebut
adalah seorang Nabi. Coba sekarang anda perhatikan. Dari sekian banyaknya
ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang menceritakan kehidupan para Nabi, adakah
ayat-ayat di dalamnya yang menceritakan bagaimana Nabi-Nabi dalam Perjanjian
Lama menulis kitab-kitabnya? Sama sekali tidak ada. Nah, sekarang bagaimana
anda dapat percaya kalau kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis oleh para Nabi,
sedangkan tidak satu pun ayat-ayat Perjanjian Lama yang menceritakan bagaimana
para Nabi menulis kitabnya? Bagaimana anda percaya?!
Tradisi tulis menulis tidak
dikenal bangsa Israel di zaman dahulu. Segala informasi keagamaan disampaikan
melalui lisan dari generasi ke generasi. Penulisan kitab terjadi ribuan tahun
setelah Nabi-nabi mereka wafat. Itulah sebabnya, dalam Bible Perjanjian Lama
anda dapat menemukan ayat-ayat yang menceritakan matinya Nabi-nabi bangsa
Israel, seperti Musa dan lain-lain. Hal itu dapat terjadi karena Bible
Perjanjian Lama di tulis oleh orang-orang yang hidup jauh setelah para Nabi
bangsa Israel meninggal dunia, sebab mustahil Nabi-nabi itu menuliskan
kematiannya sendiri. Jadi apakah Bible Perjanjian Lama adalah firman Tuhan? Menurut
saya, sebuah kitab dapat disebut sebagai firman Tuhan apabila isinya bersumber
dari wahyu yang diterima oleh seorang Nabi dan isi kitab ini harus benar-benar original
hanya berisi firman atau wahyu Tuhan yang di terima oleh sang Nabi tersebut.
Bibel tidak seperti itu. Memang di sebagian isi Perjanjian Lama terdapat firman
Allah SWT, tetapi sudah tidak original firman Allah SWT lagi karena sudah
tercampur dengan sejarah bangsa Israel, tercampur dengan dongeng dan
mitos-mitos bangsa Israel. Untuk membedakan mana firman Tuhan dan yang mana
bukan firman Tuhan, bukanlah masalah yang mudah. Itulah sebabnya umat Islam
hanya berpegang pada Al-Qur’an tidak lainnya.
Perjanjian Baru: Ada
banyak versi Injil yang ada di dunia. Dari semua versi Injil itu, hanya empat
di antaranya yang kemudian di akui oleh gereja (Sinoptik). Keempat Injil itu
adalah Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas dan Injil Yohanes. Dari semua
versi Injil itu, baik yang di akui oleh gereja (sinoptik) atau pun yang tidak
di akui oleh gereja (apokrif), tidak satu pun yang pantas di sebut sebagai
kitab Allah. Semua Injil tidak lebih dari kitab sejarah yang tidak jelas siapa
penulisnya. Orang-orang Kristen periode awal saja tidak pernah menganggap Injil
sebagai kitab suci, mereka menganggap Injil tidak lebih dari kisah rakyat. Pada
masa Kristen periode pertama, hukum-hukum dari Perjanjian Lama belum sepenuhnya
ditinggalkan. Proses penyusunan kitab-kitab Perjanjian Baru berjalan sangat
lambat. Dalam rentang waktu yang lama, manusia tidak berpikir bahwa kitab-kitab
ini akan dianggap suci. Seiring perjalanan waktu, pembacaan kitab-kitab ini di
hadapan publik semakin sering. Meskipun demikian, tiada seorang pun yang
menganggap kitab-kitab ini sama dengan kitab-kitab suci di dalam Perjanjian
Lama.
Setelah polemik yang panjang
antara berbagai sekte Kristiani, ketika masing-masing sekte di desak kebutuhan
untuk bersandar pada rujukan yang otoritatif, konsep kesucian kitab-kitab
Perjanjian Baru pun muncul. Dan sekitar tahun 200 M, secara perlahan-lahan
muncullah upaya untuk menjadikan kitab-kitab itu sebagai kitab suci. Dalam
rentang waktu 200 tahun berikutnya, muncullah perselisihan mengenai kitab mana
dari sekian banyak kitab itu yang akan dibaca di depan publik, dianggap sebagai
kitab suci, dan digabung berdasarkan hukum kitab suci dengan Perjanjian Baru.
Satu sekte memilih kitab-kitab tertentu, tapi sekte lain menentang pemilihan
tersebut.
Sebagaimana kitab-kitab dalam
Perjanjian Lama, kitab-kitab dalam Perjanjian Baru juga dipercaya sebagai
firman Tuhan melalui ilham Roh Kudus. Walaupun penulis-penulis Injil dan
kitab-kitab dalam Perjanjian Baru lainnya tidak pernah menyebut kitab yang
mereka tulis sebagai firman Tuhan atau menyatakan sebagai ilham Roh Kudus,
tetapi kafir Kristen pemuja Yesus sangat mempercayai kitab-kitab Perjanjian
Baru adalah firman Tuhan dan ilham Roh Kudus.
Karena itu, Prof. Schorer
menyamakan “Al-Kitab” dengan gambar katedral kuno dengan penampilan yang agung
dan dibangun oleh banyak generasi. Menurut beliau, Al-Kitab lebih serupa dengan
karya seni yang indah, tapi jelas merupakan karya manusia. Dr. Robert Kell
Seller menegaskan bahwa kita sama sekali tidak memiliki tulisan apa pun yang
berasal dari Yesus. Para peneliti sepakat bahwa Yesus tidak meninggalkan
warisan tertulis. Banyak orang tidak mengetahui bahwa murid-murid Yesus pun
tidak menulis apa-apa, kecuali segelintir paragraf. Pendeta Jean Schorer
mengatakan, “Pernyataan Al-Kitab adalah wahyu yang sempurna dan Allah-lah
penulisnya adalah pernyataan yang salah dan bertentangan dengan prinsip-prinsip
asasi logika manusia yang sehat. Hal ini ditegaskan oleh perbedaan-perbedaan
teks yang sangat jelas. Karena itu, pernyataan ini takkan diterima kecuali oleh
para penginjil yang bodoh atau orang yang berpengetahuan dangkal. Yang paling
mengherankan, Gereja Katolik masih berkoar-koar bahwa Allah-lah penulis
Al-Kitab.
Al-Quran: Alkitab Adalah Wahyu Allah
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Karena itulah Al-Quran mengakui
pewahyuan dan fungsi Alkitab (Taurat dan Injil). “. . . Kami telah memberikan
kepadanya Kitab Injil . . . dan . . . Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa” (Qs 5: 46). Allah mewahyukan
firman-Nya kepada 40 penulis (para nabi dan rasul). Meskipun Allah memakai
manusia untuk menuliskan Alkitab, ajaibnya “. . . tidak pernah nubuat
dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang
berbicara atas nama Allah” (Injil, Surat 2 Petrus 1:20-21). Jadi Alkitab adalah
wahyu Allah sejati, tanpa campur tangan manusia. Anda dapat mendalami tema
utama Alkitab yaitu Isa Al-Masih.
Jawaban Saya: Bible terdiri dari dua bagian, Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru. Perjanjian Lama terdiri dari kitab-kitab Musa dan kitab
Nabi-nabi lainnya. Sedangkan Perjanjian Baru adalah kumpulan banyak kitab-kitab
yang ditulis oleh orang-orang yang tidak jelas.
Al-Qur’an mengakui Taurat sebagai
wahyu Tuhan, ya itu betul. Akan tetapi Taurat yang dimaksud oleh Al-Qur’an
adalah kitab (bukan kitab-kitab) yang diturunkan kepada Nabi Musa AS, tidak
termasuk kitab-kitab yang dikatakan ditulis oleh para Nabi. Sedangkan yang
dimaksud Taurat dalam agama Kristen adalah kumpulan kitab-kitab Musa ditambah
dengan kitab-kitab para Nabi. Yang di sebut kitab Musa (dalam Bible) sekarang
ini terbagi menjadi empat kitab dan isinya sudah tidak original firman Tuhan
sebagaimana dahulu diterima Nabi Musa AS. Isi kitab Musa yang ada sekarang ini
sudah tercampur dengan sejarah bangsa Israel, tercampur dengan dongeng dan
mitos-mitos bangsa Israel. Taurat yang diakui oleh Al-Qur’an adalah bagian dari
kitab-kitab Nabi Musa AS yang benar-benar berasal dari Allah SWT, tidak
termasuk sejarah bangsa Israel dan tidak termasuk pula dongeng-dongeng dan
mitos-mitos bangsa Israel.
Al-Qur’an mengakui Injil sebagai
wahyu Tuhan, ya itu benar. Tetapi Injil yang di maksud oleh Al-Qur’an adalah
firman atau wahyu Allah SWT kepada Nabi Isa AS. Jika firman atau wahyu Allah
SWT kepada Nabi Isa AS ini dituliskan ke dalam sebuah kitab, maka kitab Injil
ini sudah ada ketika Nabi Isa AS atau Yesus masih tinggal di dunia. Sedangkan
Injil yang ada pada orang Kristen sekarang ini baru di tulis ratusan tahun
setelah Nabi Isa AS atau Yesus tidak lagi tinggal di dunia. Artinya Nabi Isa AS
atau Yesus sama sekali tidak pernah mengenal Injil yang ada pada orang Kristen
saat ini. Injil yang kita kenal saat ini adalah kitab-kitab yang isi
menceritakan perjalanan dakwah Yesus kepada umatnya, sama sekali bukan firman
atau wahyu Allah SWT kepada Yesus. Kalau dalam Islam, Injil Kristen yang kita
kenal sekarang ini baru setingkat Sirah Nabawiyah.
Kesimpulan
Sedikit kesimpulan dari penjelasan
saya di atas. Campur tangan manusia terhadap Al-Qur’an saya akui memang ada,
yaitu hanya sebatas menuliskan Al-Qur’an dalam lembaran-lembaran kitab,
menyalin Al-Qur’an dan membagikannya kepada umat Islam. Hanya itu campur tangan
manusia terhadap Al-Qur’an. Sementara itu isinya terbebas dari campur tangan
manusia, sebagaimana janji Allah SWT yang akan menjaga Al-Qur’an; Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al
Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya (Al Hijr: 9). Salah satu cara Allah SWT memelihara Al-Qur’an adalah
dengan menjadikan Al-Qur’an itu mudah untuk di hafal. Jangankan 127 ayat, satu
huruf saja hilang dalam kitab Al-Qur’an akan sangat mudah diketahui.
Bagaimana dengan Bible? Dengan tersebarnya
Bible di berbagai tempat di Asia dan Eropa, rasanya memang tidak mungkin
memalsukan isi Bible. Tetapi kepalsuan Bible terjadi bukan setelah tersebar di
berbagai tempat di Asia dan Eropa, kepalsuan Bible terjadi justru di awal
penulisan kitab-kitab. Para penulis kitab-kitab Perjanjian Lama tidak hanya
menuliskan firman-firman Tuhan kepada Nabi-nabi mereka, mereka ternyata juga
menuliskan dalam Bible sejarah raja-raja dan bangsa Israel, dongeng-dongeng
serta mitos-mitos bangsanya. Sementara itu kitab-kitab Perjanjian Baru hanya
berisi kisah perjalanan dakwah Yesus, kisah para murid Yesus, sejarah awal kekristenan,
ajaran-ajaran Paulus dan lain-lain. Semuanya itu membuktikan bahwa kitab-kitab
Perjanjian Baru hanyalah kitab-kitab sejarah, bukan kitab wahyu dari Tuhan. Bahkan
orang yang hidup di periode awal tidak pernah menganggap Injil sebagai firman
Tuhan, mereka hanya menganggap Injil sebagai kisah rakyat. Maka dapat disimpulkan
bahwa Bible adalah kitab sejarah yang di dalamnya terdapat firman-firman Tuhan
kepada para Nabi-Nya. Yang namanya kitab sejarah, tentu sedikit banyak tidak
dapat dilepaskan dari campur tangan manusia.
@admin :
BalasHapusSaya kutip tulisan admin.
Baca :
"Adakah ayat-ayat di dalamnya yang menceritakan bagaimana Nabi-Nabi dalam Perjanjian Lama menulis kitab-kitabnya? Sama sekali tidak ada"
"Sedangkan tidak satu pun ayat-ayat Perjanjian Lama yang menceritakan bagaimana para Nabi menulis kitabnya? Bagaimana anda percaya?!
Tradisi tulis menulis tidak dikenal bangsa Israel di zaman dahulu".
Itulah tulisan admin!
Tugas saya hanya membuktikan apa yg dituliskan oleh admin adalah FITNAH dan KEBOHONGAN!
Baca ini min!
- Keluaran 24:4 (TB) Lalu Musa menuliskan segala firman TUHAN itu. Keesokan harinya pagi-pagi didirikannyalah mezbah di kaki gunung itu, dengan dua belas tugu sesuai dengan kedua belas suku Israel.
-Ulangan 17:18 (TB) Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi.
- Ulangan 31:24 (TB) Ketika Musa selesai menuliskan perkataan hukum Taurat itu dalam sebuah kitab sampai perkataan yang penghabisan.
- Yosua 24:26 (TB) Yosua menuliskan semuanya itu dalam kitab hukum Allah, lalu ia mengambil batu yang besar dan mendirikannya di sana, di bawah pohon besar, di tempat kudus TUHAN.
- Yeremia 36:4 (TB) Jadi Yeremia memanggil Barukh bin Neria, lalu Barukh menuliskan dalam kitab gulungan itu langsung dari mulut Yeremia segala perkataan yang telah difirmankan TUHAN kepadanya.
Beberapa bukti ayat Alkitab diatas sebagai penyangkalan atas tuduhan dan klaim admin terhadap Alkitab yg berkata nabi-nabi Israel tidak menuliskan Kitab dan tradisi tulis menulis tidak dikenal bangsa Israel di zaman dahulu!
Baca :
2 Tawarikh 30:1 (TB) Kemudian Hizkia mengirim pesan kepada seluruh Israel dan Yehuda, bahkan menulis surat kepada Efraim dan Manasye supaya mereka datang merayakan Paskah bagi TUHAN, Allah orang Israel, di rumah TUHAN di Yerusalem.
Bahkan Israel mampu membaca dan menulis!
Justru ayat-ayat yang dikutip oleh Indigo itu membuktikan bahwa Bible yang sekarang ini tidak ditulis oleh Nabi-Nabi, tetapi ditulis oleh orang-orang lain. Karena bagaimana mungkin Nabi-nabi menulis sendiri cerita dirinya menuliskan firman Tuhan? Itu pasti dituliskan oleh orang lain. Artinya Nabi-nabi itu menulis firman Tuhan dalam kitab lainnya, bukan Bible yang ada sekarang ini. Nabi-nabi yang saya maksud di sini hanyalah Musa dan Yeremia. Sedangkan Nabi lainnya yaitu Yosua dan Hizkia, yang mereka tulis bukan firman Tuhan. Yang ditulis oleh Yosua dalam kitab hukum Allah adalah peraturan dan ketetapan yang dibuat sendiri oleh Yosua bagi bangsanya sendiri yang ada di Sikhem (baca: Yosua 24:25). Dan yang ditulis oleh Hizkia di 2 Tawarikh 30:1 hanyalah pesan pribadi kepada bangsa Israel, Yehuda, Efraem dan Manasye agar mereka datang untuk merayakan paskah. Hizkia sama sekali tidak menuliskan firman Tuhan.
HapusJadi dari sekian banyak kitab dalam Perjanjian Lama hanya dua orang Nabi yang tercatat menulis firman yang diterimanya dari Tuhan, ya? Lalu sisanya bagaimana?!
BalasHapusHahaha mengubah ayat² dan menyimpang alquran, sekarang saya tantang admin ss/tunjukin sumber dari mana anda bisa bilang ayat² alquran seperti itu. Jika tidak saya akan mengshare web ini ke sosmed bahwa web ini menebar hoax.
BalasHapusDimana saya mengubah ayat-ayat Al-Qur'an dan menyimpangkannya???
Hapus