" Situs Anda jangan memberi
kesan bahwa Islam agama tidak cintai damai. Islam lebih dari semua agama lain
di dunia, adalah agama damai. " Demikian teguran yang dilontarkan oleh
salah seorang pembaca situs kami.
Mengapa Non-Islam Menilai Islam Anti-Damai?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Sebenarnya kami ingin sekali
percaya bahwa Islam benar-benar agama yang cinta damai. Namun hingga kini masih
sering muncul sebuah pertanyaan yang cukup mengganggu pikiran, " Benarkah
agama Islam mencintai perdamaian? "
Tidak dapat dipungkiri, ada
ajaran agama Islam yang cenderung meyakinkan, bahwa Islam tidak menekankan
damai dengan orang lain. Ajaran-ajaran ini ditekankan oleh sebagian umat
Muslim. Jujur, nurani non-Islam terusik
pada kenyataan bahwa banyak terdapat ayat Al-Quran yang memerintahkan Muslim
memerangi non-Muslim.
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Islam
tidak menekankan damai dengan orang lain karena ada banyak ayat-ayat Al-Qur’an
yang memerintahkan Muslim untuk memerangi “non-Muslim”. Tuduhan yang selalu di
ulang-ulang. Mereka yang mengatakan Islam tidak menekankan damai, bukanlah
orang yang menggunakan akal dan hatinya untuk benar-benar menelaah ajaran
Islam. Dan bagi mereka memang tidak perlu menggunakan akal dan hati untuk
benar-benar menelaah ajaran Islam. Karena tujuan mereka bukan untuk mencari
kebenaran, melainkan mencari pembenaran atas kekafiran mereka. Tujuan mereka
hanya ingin agar cahaya agama Islam ini padam. Mereka hanya ingin agar semua
orang tetap dalam kesesatan. Agar muncul kesan agama Islam tidak menekankan
damai, mereka mengutip ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk berperang,
tanpa menjelaskan dalam konteks bagaimana ayat-ayat tersebut diturunkan. Mereka
tidak peduli itu. Yang penting semua orang yang menerima informasi dari mereka,
memperoleh pemahaman yang salah tentang Islam. Sehingga akan muncul dalam benak
semua orang bahwa Islam bukanlah agama damai. Apakah tujuan mereka akan
tercapai? Tidak akan mungkin tercapai, karena Allah SWT telah berjanji akan
menyempurnakan agama-Nya dan memenangkan Islam atas segala agama, Allah SWT
berfirman;
Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan
cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai. Dialah yang
telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang
benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin
tidak menyukai. (At Taubah: 32-33)
Kafir Kristen pemuja Yesus
mengatakan bahwa Islam tidak menekankan damai dengan orang lain karena ada
banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan Muslim untuk memerangi
“non-Muslim”. Padahal kalau ingin jujur, mereka sebetulnya tidak perlu
jauh-jauh mencari dalam terjemahan
Al-Qur’an, karena dalam kitab mereka juga banyak sekali ayat-ayat yang
memerintahkan membunuh dan berperang. Kalau mereka mengatakan Islam tidak
menekankan damai karena banyak ayat Al-Qur’an yang memerintahkan untuk
berperang, bukankah seharusnya mereka juga mengatakan Yahudi tidak menekankan
damai karena banyak ayat Bible Perjanjian Lama yang memerintahkan berperang?
Tidak jauh berbeda dengan agama
Kristen. Walaupun setiap kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa agama
mereka adalah kasih dan menekankan damai karena tidak ada perintah berperang
dalam Bible Perjanjian Baru, tetapi pernyataan-pernyataan Yesus justru bertolak
belakang dengan klaim mereka. Di mana dalam Bible Perjanjian Baru Yesus
menyatakan bahwa dirinya datang bukan membawa damai tetapi membawa pedang (Matius
10:34). Ayat tersebut dengan sangat jelas menyatakan Yesus bukan datang untuk
membawa damai. Di ayat-ayat selanjutnya Yesus juga mengatakan bahwa dirinya akan
memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan
dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Semua yang
dilakukan oleh Yesus tersebut akan menimbulkan permusuhan dan permusuhan akan
menimbulkan peperangan. Jadi tepat kalau Yesus di awal (Matius 10:34)
menyatakan kedatangannya ke dunia bukan membawa damai, tetapi membawa pedang. Namun
karena Yesus dan orang-orang yang beriman kepadanya dalam kondisi lemah dan tak
berdaya, mereka tidak mampu membela diri dengan pedang. Yang dapat mereka lakukan
sementara itu hanya bersabar dan menghindar sebisa mungkin dari perbuatan kejam
orang-orang kafir.
Niat perang dan perlawanan Yesus
dan orang-orang yang beriman kepadanya sudah ada, tetapi karena kondisi mereka
yang pada saat itu masih lemah dan tak berdaya, mereka pada akhirnya tidak
mampu mengadakan perlawanan. Tuhan yang mengutus Yesus tidak pernah menyuruh
Beliau untuk berperang dan membunuh karena keadaan pada saat itu yang tidak
memungkinkan. Tetapi keadaan berbeda ketika Yesus datang di akhir zaman nanti.
Setelah Beliau mempunyai kekuatan serta dukungan yang cukup, Yesus akan
berperang dan membunuh. Sebagaimana ayat-ayat di bawah ini:
Mereka akan berperang melawan
Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di
atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia
juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang
setia."(Wahyu 17:14)
Lalu aku melihat sorga
terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya
bernama: "Yang Setia dan Yang Benar," Ia menghakimi dan berperang
dengan adil. (Wahyu 19:11)
Sebab itu bertobatlah! Jika
tidak demikian, Aku akan segera datang kepadamu dan Aku akan memerangi mereka
dengan pedang yang di mulut-Ku ini. (Wahyu 2:16)
Ayat-Ayat Al-Quran yang Memberi Kesan Islam Tidak Suka Damai
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: "Dan bunuhlah mereka
(orang-orang kafir) di mana saja kamu jumpai mereka . . . . " (Qs 2:191).
"Maka berperanglah kamu pada
jalan Allah . . . Kobarkanlah semangat para mukmin (untuk berperang). . . .
." (Qs. 4:84).
"Perangilah orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah . . . . dan tidak beragama dengan agama yang benar
(Islam)....." (Qs. 9:29).
" Apabila sudah habis
bulan-bulan Haram maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu
jumpai mereka . . . . . " (Qs 9:5).
". . . berjihadlah (melawan)
orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap
mereka. . . . . ." (Qs. 9:73).
Jawaban Saya: Perintah perang dalam Islam dimaksudkan sebagai
bentuk perlindungan atau pertahanan diri orang-orang beriman terhadap pelakuan
dzalim orang-orang kafir. Allah SWT memerintahkan orang-orang beriman untuk
memerangi orang-orang kafir bukan karena mereka tidak percaya kepada Nabi
Muhammad SAW, bukan juga karena mereka tidak mau masuk Islam. Orang-orang
beriman memerangi orang-orang kafir karena mereka selalu berbuat dzalim dan
menebarkan fitnah di tengah-tengah kaum Muslimin. Jika orang-orang kafir tidak
berbuat dzalim dengan memerangi orang-orang beriman atau mengusir orang-orang
beriman dari negerinya, maka Allah SWT juga tidak melarang orang-orang beriman
untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah SWT, Allah
tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari
negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil (Al-Mumtahanah: 8). Jadi ayat-ayat
perang dalam Al-Qur’an itu muncul sebagai tindak lanjut dari ancaman perang orang-orang
kafir.
Benarkah Agama Islam Mencintai Damai?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Pakar Islam berusaha
menjelaskan ayat ini supaya tidak kelihatan anti-damai. Namun ayat-ayat di atas jelas tidak
menekankan damai. Sering orang-orang
Islam tertentu mempergunakan ayat-ayat ini untuk membenarkan penganiayaan dan
pembunuhan terhadap penganut agama lain. Ketika saya membaca ayat-ayat tentang
"Jihad" dalam kitab umat Islam, pasti muncul pertanyaan,
"Benarkah agama Islam mengajarkan damai?"
Bila melihat ayat-ayat di atas,
sebagai seorang Muslim, bagaimana pandangan Pembaca mengenai ajaran Islam
tentang cinta damai?
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan agama Islam
tidak mencintai damai. Mereka adalah
orang-orang yang mempelajari Islam dengan kedengkian dan kebencian mereka
terhadap Islam. Bukan mencari kebenaran, melainkan mencari pembenaran atas
kekafiran mereka. Oleh karenanya mereka hanya mengutip ayat-ayat Al-Qur’an
tentang perang kemudian membuat kesimpulan bahwa Islam tidak mencintai damai. Tidak
pernah terpikir oleh mereka konteks ayat-ayat tersebut diturunkan. Mereka juga
mengabaikan peranan sejarah dalam agama Islam. Padahal dalam sejarah itu ada banyak
hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan. Seandainya mereka mau mempelajari
sejarah umat Islam, mereka tidak akan terus-menerus dalam kesesatan. Karena dalam
sejarah itu, mereka akan menemukan fakta bahwa orang-orang kafir jahiliyah
bukanlah orang-orang cinta damai yang dapat bertoleransi dengan dakwah Nabi
Muhammad SAW. Sikap intoleran orang-orang kafir jahiliyah terlihat sejak awal
dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah dan semakin memuncak ketika umat Islam mengalami
kemajuan pesat setelah hijrah ke Madinah. Sikap intoleran orang-orang kafir
jahiliyah itulah yang di kemudian hari memicu perang.
Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan
Islam bukanlah agama yang mencintai damai karena memerintahkan perang. Tidak peduli
apakah perang itu bertujuan untuk melindungi diri, Islam mereka anggap salah
dan harus salah. Kafir Kristen pemuja Yesus rupanya lebih senang apabila Al-Qur’an
tidak pernah memerintahkan memerangi orang-orang kafir. Dengan demikian umat Islam
akan menjadi kaum yang tertindas. Nabi Muhammad SAW mungkin juga akan bernasib tragis
dengan mati di tangan kaumnya yang kafir. Bila semuanya itu terjadi, dapat
dipastikan agama Islam akan rusak, tidak dapat
membawa manusia pada kebenaran. Itulah yang sesungguhnya diharapkan oleh
kafir Kristen pemuja Yesus. Orang-orang kafir memang tidak ada bedanya, baik
mereka yang hidup di masa lalu atau yang hidup sekarang ini. Orang-orang kafir
jahiliyah memerangi umat Islam dengan pedang-pedang mereka, sedangkan
orang-orang kafir di zaman kita ini mendukung dengan mempermasalahkan ayat-ayat
Al-Qur’an yang memerintahkan untuk memerangi saudara-saudara mereka yang hidup di masa lalu.
Injil Mengemukakan Damai Antara Manusia
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Menurut nabi orang Islam, orang
Kristen memiliki rasa santun dan kasih.
". . . . Kami jadikan dalam
hati orang yang mengikutinya [pengikut-pengikut Isa Al-Masih] rasa santun dan
kasih sayang" (Qs 57:27). Jelas tidak semua orang Kristen demikian. Namun ajaran pokok Injil adalah ajaran damai
dan kasih. Tidak ada ajaran perang.
Pelajarilah ayat-ayat suci Injil berikut:
"Kasihilah musuhmu dan
berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu" (Injil, Rasul Besar Matius
5:44).
"Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri" (Injil, Rasul Besar matius 22:39).
"Kasihilah musuhmu,
berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu; minta berkat bagi orang yang
mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu" (Injil, Rasul Lukas
6:27).
"Janganlah membalas
kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang"
(Injil, Surat Roma 12:17).
Kita perlu bertanya pada diri
kita, "Adakah ajaran di dunia ini yang mengajarkan damai seperti yang
diajarkan Isa Al-Masih?"
Jawaban Saya: Kemudian Kami
iringi di belakang mereka dengan rasul-rasul Kami dan Kami iringi (pula) dengan
Isa putra Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam
hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. (Al
Hadiid: 27)
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman, Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya
rasa santun dan kasih sayang. Yang dimaksud dengan orang-orang yang
mengikuti Isa Al-Masih pada ayat ini adalah murid-murid setia Nabi Isa ‘Alaihis
Salam yang disebut sebagai Hawariyyun dalam Islam, sama sekali bukan
orang-orang kafir Kristen yang hanya mengaku-ngaku mengikuti Nabi Isa ‘Alaihis
Salam, sementara dalam beragama mereka mengikuti Paulus.
Kafir Kristen pemuja Yesus
mengatakan bahwa Yesus tidak mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan
kejahatan, melainkan Dia mengajarkan supaya umat-Nya saling mengasihi, bahkan
kepada musuh sekalipun. Ya itu benar, tetapi apa alasannya? Yesus dan
murid-muridnya itu hidup dalam kuasa dan hukum kekaisaran Romawi. Yang berhak
menjatuhkan hukuman kepada orang yang berbuat jahat pada saat itu hanya
penguasa Romawi. Jika seseorang berbuat jahat kepada murid-murid Yesus dan
kemudian murid-murid Yesus membalasnya, itu akan menjadi alasan bagi penguasa
Romawi untuk menghukum murid-murid Yesus karena sudah melanggar hukum dengan
main hakim sendiri. Jadi alasan Yesus mengajarkan untuk tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan dan mengasihi musuh adalah untuk menghindarkan
murid-muridnya dari hukum kekaisaran Romawi.
Cara Memiliki Damai Ilahi di Hati
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Seseorang yang ingin hidup
damai dengan orang lain, perlu terlebih dahulu berdamai dengan Allah. Isa
Al-Masih ingin memberi damai pada saudara. "Damai sejahtera Kutinggalkan
bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak
seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu" (Injil, Rasul Besar Yohanes
14:27).
Jawaban Saya: Kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Yesus
memberi damai sejahtera. Tetapi itu semua tidak menjamin para pemujanya
memiliki damai. Jika dengan menjadi pemuja Yesus seseorang akan memperoleh
damai, maka tidak akan ada yang namanya kolonialisme bangsa barat, perang
salib, perang dunia I dan perang dunia II, perang Vietnam, perang Irak, perang
Afghanistan, dan perang-perang lainnya. Mengapa demikian? Karena dalam setiap
perang ternyata selalu melibatkan mereka yang menyebut diri sebagai orang
Kristen. Bahkan pembunuhan-pembunuhan juga terjadi atas restu para Paus melalui
inkuisisi. Jadi karena menjadi pemuja Yesus tidak menjamin memperoleh damai
sejahtera, untuk apa menjadi seorang pemuja Yesus?
kalau memang islam itu damai ,lalu mengapa sampai saat ini masih ada kekerasan dalam islam ... dan bahkan seorang ustad menyerukan bunuh. banyak contoh di youtube dan ini terjadi di indonesia .. maka tidak usahlah heran akan terjadi nya bom bunuh diri di indonesia yang dilakukan oleh orang islam.
BalasHapusIslam menekankan damai, bukan berarti umatnya harus bersikap pasif tidak berbuat apa-apa ketika diperangi, didholimi dan di renggut jiwa serta hartanya. Tidak berbeda dengan agama Kristen. Walaupun katanya agama Kristen mengajarkan kasih, tapi umatnya juga terlibat dalam perang-perang dan pembunuhan-pembunuhan. Bahkan di antara perang-perang dan pembunuhan-pembunuhan tersebut ada di antaranya yang mendapat restu dari para Paus.
HapusIntinya dalam beragama jangan lah melihat umatnya tapi lihat ajarannya. Kalau umat kristen selalu menjadikan perilaku umat islam yang fasik sebagai alat untuk menyerang islam maka apa bedanya dengan mereka yang juga tidak taat kepada ajarannya.
Hapus