Ada kebodohan yang tersirat dalam
postingan kafir Kristen kali ini. Kafir Kristen pemuja Yesus ingin membuktikan
tersalibnya Yesus di kayu salib adalah benar dari sisi ilmu pengetahuan. Mereka
menyatakan bahwa secara medis, orang yang terluka hingga meninggal, mengalami
beberapa bentuk syok pada sistem peredaran darah. Baru kemudian meninggal. Sebab
organ dan jaringan tubuhnya tidak mendapatkan aliran darah yang cukup. Ini
menyebabkan efusi perikardial (meningkatnya cairan dalam membran yang
melingkupi jantung). Juga efusi pleural (meningkatnya cairan dalam membran yang
melingkupi paru-paru). Posisi Yesus ketika disalib adalah tegak lurus. Dan
secara alami terjadi efusi dalam tubuh-Nya. Cairan dalam tubuh-Nya semakin
bertambah banyak. Dan akan mengalir keluar dari tubuh apabila terjadi tusukan.
Ini sebuah pertanda bahwa Yesus sudah mati, sebelum prajurit menusuk
lambung-Nya dengan tombak. Jika saat itu Yesus belum mati, air dan darah tidak
mungkin keluar bersamaan dari lambung-Nya. Jadi, bukti forensik menunjukkan
bahwa Yesus sudah mati sebelum lambung-Nya ditusuk. Hal tersebut mereka katakan
bersesuaian dengan Injil Yohanes 19:34. Bukti forensik yang mereka sebut
sebagai bukti kematian Yesus di kayu salib itu, sebenarnya hanya membuktikan kebenaran
telah terjadinya penyaliban dan sama sekali tidak membuktikan atau tidak dapat
dijadikan bukti orang yang di salib adalah Yesus.
Perlu di ingat, Al-Qur’an sama
sekali tidak pernah membantah terjadinya sebuah penyaliban yang dilakukan oleh
orang-orang Yahudi. Yang dibantah oleh Al-Qur’an adalah klaim orang Yahudi yang
menyatakan bahwa mereka telah membunuh dan menyalibkan Nabi Isa AS. Jadi, yang
dibantah oleh Al-Qur’an adalah orang yang mereka salibkan, bukan peristiwa
penyalibannya sendiri. Dengan sangat jelas Al-Qur’an membantah penyaliban Nabi
Isa AS melalui firman Allah SWT yang artinya, dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al
Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya
dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang
diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih
paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang
dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu,
kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang
mereka bunuh itu adalah Isa. (An Nisaa': 157). Allah SWT menyelamatkan Nabi
Isa AS dengan cara rahasia, yaitu dengan cara menyerupakan orang lain menjadi
sangat mirip dengan Nabi Isa AS. Orang-orang Yahudi menyangka mereka telah
berhasil menangkap Nabi Isa AS, padahal itu adalah orang lain yang Allah SWT
serupakan dengan Nabi Isa AS. Orang ini di tangkap, di arak oleh banyak orang
untuk di adili. Orang ini pula yang kemudian di siksa, dilucuti bajunya, di
salib sampai mati dan di tusuk lambungnya dengan tombak oleh prajurit Romawi.
Kejadian penangkapan, penyiksaan
dan penyaliban orang yang diserupakan dengan Nabi Isa AS ini disaksikan oleh
banyak orang. Mereka menyangka orang yang mereka lihat di siksa dan di salib
sampai mati di kayu salib adalah Nabi Isa AS, padahal itu adalah orang lain
yang sengaja diserupakan oleh Allah SWT menjadi sangat mirip dengan Nabi Isa
AS. Dari kesaksian banyak orang ini, kejadian tersebut dituliskan dalam banyak
tulisan-tulisan. Tulisan-tulisan tersebut kemudian di atas namakan murid-murid
Nabi Isa AS sebagai penulisnya. Serta dikatakan bahwa murid-murid Nabi Isa AS
tersebut di ilhami Roh Kudus saat menulis tulisan-tulisannya. Tujuannya tidak
lebih agar tulisan-tulisan yang kemudian mereka sebut Injil tersebut di percaya
sebagai firman Tuhan. Karena di percaya sebagai firman Tuhan, maka semua yang tertulis
di dalamnya di anggap mutlak benar. Padahal Injil yang mereka percaya sebagai
firman Tuhan itu hanyalah tulisan-tulisan yang tidak diketahui nama penulisnya.
Salah satu fakta mendasar yang diakui kebenarannya adalah bahwa teks-teks awal,
begitu juga rujukan setiap Injil, ditulis sebagai “cerita rakyat yang menghibur
jiwa”.Para penulis teks-teks awal itu tidak memikirkan akurasi sejarah dan
doktrin-doktrin Kristen, karena manusia pada masa itu, yakni sebelum tahun 200
M, tidak memikirkan hukum dan belum berobsesi menjadikan karya-karya mereka
yang telah beredar dan diterima publik sebagai kitab suci. Pada masa umat Nasrani periode pertama, hukum-hukum dari Perjanjian Lama belum
sepenuhnya ditinggalkan. Proses penyusunan kitab-kitab Perjanjian Baru berjalan
sangat lambat. Dalam rentang waktu yang lama, manusia tidak berpikir bahwa
kitab-kitab ini akan dianggap suci. Seiring perjalanan waktu, pembacaan
kitab-kitab ini di hadapan publik semakin sering. Meskipun demikian, tiada
seorang pun yang menganggap kitab-kitab ini sama dengan kitab-kitab suci di
dalam Perjanjian Lama. Setelah polemik yang panjang antara berbagai sekte
Kristiani, ketika masing-masing sekte di desak kebutuhan untuk bersandar pada
rujukan yang otoritatif, konsep kesucian kitab-kitab Perjanjian Baru pun
muncul. Dan sekitar tahun 200 M, secara perlahan-lahan muncullah upaya untuk
menjadikan kitab-kitab itu sebagai kitab suci.
Justru karena kisah penyaliban Yesus dalam Injil di tulis berdasarkan kesaksian-kesaksian saksi mata. Maka kisah penyaliban Yesus yang ada dalam Injil tersebut sudah pasti salah, karena saksi-saksi mata tersebut tidak mengetahui jikalau Yesus telah Allah SWT selamatkan dengan menyerupakan wajahnya dengan orang lain.
Justru karena kisah penyaliban Yesus dalam Injil di tulis berdasarkan kesaksian-kesaksian saksi mata. Maka kisah penyaliban Yesus yang ada dalam Injil tersebut sudah pasti salah, karena saksi-saksi mata tersebut tidak mengetahui jikalau Yesus telah Allah SWT selamatkan dengan menyerupakan wajahnya dengan orang lain.
Al-Quran Mengakui Kematian Isa Al-Masih?
Kafir Kristen pemuja mengatakan
bahwa Al-Qur’an mengakui kematian Nabi Isa AS dengan mengutip sebuah ayat
Al-Qur’an yang artinya, (Ingatlah),
ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu
kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari
orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas
orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah
kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu
berselisih padanya." (Ali
'Imran: 55).
izqolallahu ya'Isa Inni
mutawaffika warofi'uka, Artinya adalah ”Ketika Allah berkata: “Wahai 'Isa,
Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepada-Ku”. Qotadah
dan ulama lainnya berkata, “ini merupakan kalimat dalam bentuk muqaddam dan muakhkhar (yaitu bentuk kalimat yang mendahulukan apa yang
seharusnya ada di akhir, dan mengakhirkan kalimat yang seharusnya didahulukan).
Kedudukan sebenarnya adalah Aku mengangkatmu kepada-Ku dan mewafatkanmu setelah
itu. Mayoritas ulama berpendapat bahwa yang dimaksud kematian pada ayat
tersebut adalah tidur, sebagaimana Al-Qur’an juga menggunakan kata “Tawaffa” dalam
ayat Wahualladzi yatawaffakum billayli (Dialah yang memegang/menidurkan kamu di
malam hari [Al-An’aam: 60]) dan ayat-ayat lainnya. Jadi, kata “Tawaffa” dalam
Al-Qur’an tidak selalu bermakna mati dalam arti sesungguhnya, namun juga
berarti memegang atau menidurkan. Sekali pun kata “Tawaffa” dalam Ali ‘Imran:
55 diartikan mati atau wafat dalam arti yang sesungguhnya, tetap saja kafir
Kristen pemuja Yesus tidak dapat menjadikannya sebagai dalil matinya Nabi Isa
AS di kayu salib. Itu karena dalam ayat lainnya Allah SWT telah menyatakan Nabi
Isa AS tidak mati di bunuh dan tidak disalibkan (An Nisaa': 157). Makna dari
mati atau wafatnya Nabi Isa AS, jika kata “Tawaffa” dalam Ali ‘Imran: 55
diartikan mati atau wafat dalam arti yang sesungguhnya, adalah kematian atau
kewafatan Nabi Isa AS secara wajar, yang terjadi setelah Nabi Isa AS
diselamatkan oleh Allah SWT dari upaya pembunuhan dan penyaliban orang-orang
Yahudi atau kematian atau kewafatan Nabi Isa AS setelah kedatangannya kelak di
akhir zaman.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang dapat anda
baca di atas, dapat saya simpulkan bahwa bukti forensik dan Al-Qur’an tidak
membuktikan sama sekali yang di bunuh dan di salib adalah Nabi Isa AS. Bukti
forensik yang di sebut oleh kafir Kristen pemuja Yesus telah membuktikan Nabi
Isa AS telah wafat di salib adalah tidak benar, karena itu hanya membuktikan
telah terjadinya pembunuhan dan penyaliban, bukan membuktikan siapa yang di
bunuh dan disalibkan. Sementara ayat Al-Qur’an (Ali 'Imran: 55) yang mereka
sebut telah membuktikan wafatnya Nabi Isa AS juga tidak benar. Mereka hanya
menafsirkan ayat Al-Qur’an melalui terjemahannya saja, sehingga membuat cacat
kesimpulan mereka. Bukti di bunuh dan disalibkannya Yesus hanya terdapat dalam
Injil Perjanjian Baru. Saya sudah menjelaskan hakikat Injil Perjanjian Baru,
bisa anda baca kembali penjelasan saya di atas. Dengan kondisi Injil Perjanjian
Baru yang demikian buruk, tidak mungkin kita menjadikan Injil Perjanjian Baru
sebagai sumber. Apalagi Injil Perjanjian Baru muncul belakangan sehingga Yesus
tidak memverifikasi kebenaran isinya. Bukti forensik dan Al-Qur’an tidak membuktikan
terbunuh dan disalibkannya Nabi Isa AS, sementara itu Injil Perjanjian Baru
tidak dapat di percaya Isinya. Maka tidak ada alasan bagi siapa pun untuk
menggantungkan keselamatan dirinya pada tebusan dosa ala Kristen.
0 Response to "Al-Quran, Injil, Dan Ilmu Pengetahuan Membenarkan Kematian Isa Al-Masih?"
Posting Komentar
Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.