Di bawah ini adalah
pertanyaan-pertanyaan umum mengenai Shalat, kiblat dan konsep rumah Allah yang
di anggap membingungkan oleh kafir pemuja Yesus:
Kafir pemuja Yesus menulis: “Pada dasarnya agama Islam mengakui
Allah itu Esa, Maha Kuasa, Maha Hadir dan Kekal. Ajaran Islam mewajibkan
penganutnya sholat lima kali sehari semalam dalam bahasa Arab. Hal ini
menggambarkan seolah-olah Allah hanya mengerti bahasa Arab saja. Di sisi lain
Islam juga percaya Allah Maha Tahu, bersifat universal, milik semua bangsa,
serta tidak terbatas pada satu bahasa. Lalu, mengapa sholat harus mutlak
menggunakan bahasa Arab?
Ajaran Islam yang pokok adalah
“Tauhid.” Pengakuannya: “Tiada Tuhan selain Allah dan hanya kepada Dialah kita
wajib sembah sujud dan meminta pertolongan” (QS.1 Al-Fatihah 5). Apakah kiblat
dan konsep “Rumah Allah” sesuai dengan konsep Tauhid?
Jawab: Shalat adalah termasuk ibadah tauqifi (dikerjakan sesuai
dengan bentuk yang ditetapkan Allah Swt) dan Sunnah Rasulullah. Allah dan
Rasul-Nya telah menetapkan bagaimana shalat harus dikerjakan, yaitu salah
satunya harus menggunakan bahasa arab. Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat itu
harus dengan menggunakan bahasa arab. Sebab dahulu Rasulullah SAW mengajarkan
demikian kepada orang Arab dan juga kepada orang-orang non Arab. Di masa beliau
masih hidup ada Salman Al-Farisy yang berasal dari Persia, namun belum pernah
Rasulullah SAW memberikan keringangan kepada beliau untuk shalat dengan menggunakan
bahasa Persia. Juga ada Syuhaib Ar-Rumi yang berasal dari Romawi. Namun
Rasulullah SAW tidak pernah membolehkannya shalat dengan bahasa Romawi. Juga
ada Bilal bin Rabah al-Habsyi yang berasal dari Habasyah, Afrika. Namun
Rasulullah SAW tidak pernah membolehkannya shalat dengan bahasa tersebut.
Jadi penggunaan bahasa Arab dalam
shalat tidak lebih dari aturan yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya,
bukan merupakan indikasi bahwa Allah hanya mengerti bahasa Arab. Ini masalah
aturan dalam Shalat, jangan karena beranggapan Allah mengerti semua bahasa
kemudian dapat dijadikan alasan memperbolehkan shalat dengan selain bahasa
Arab.
Bagaimana pun, ibadah Shalat
tidak mungkin disamakan dengan tata cara pemujaan Yesus oleh kafir Kristen.
Kafir Kristen pemuja Yesus dapat dengan leluasa membuat berbagai tata cara
pemujaan kepada Yesus sesuka hatinya. Tidak demikian dengan ibadah Shalat. Umat
Islam harus Shalat dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Apakah kiblat dan konsep “rumah
Allah” sesuai dengan konsep Tauhid? Tentu sesuai dengan konsep Tauhid. Karena Ka’bah
atau Baitul Maqdis hanyalah kiblat, bukan objek pemujaan. Di waktu Nabi
Muhammad s.a.w. berada di Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin beliau
berkiblat ke Baitul Maqdis. Tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di
Madinah ditengah-tengah orang Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan
untuk mengambil Ka'bah menjadi kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian
bahwa dalam ibadat shalat itu bukanlah arah Baitul Maqdis dan Ka'bah itu yang menjadi
tujuan, tetapi menghadapkan diri kepada Tuhan.Konsep kiblat juga dapat
ditemukan dalam sejarah bangsa Israel, seperti ayat-ayat di bawah ini:
1Raja-Raja 8:44 “Apabila umat-Mu
keluar untuk berperang melawan musuhnya, ke arah manapun Engkau menyuruh
mereka, dan apabila mereka berdoa kepada TUHAN dengan berkiblat ke kota yang telah Kaupilih dan ke rumah yang telah
kudirikan bagi nama-Mu,”
1Raja-Raja 8:48 “apabila mereka
berbalik kepada-Mu dengan segenap hatinya dan dengan segenap jiwanya di negeri
musuh yang mengangkut mereka tertawan, dan apabila mereka berdoa kepada-Mu
dengan berkiblat ke negeri mereka
yang telah Kauberikan kepada nenek moyang mereka, ke kota yang telah Kaupilih
dan ke rumah yang telah kudirikan bagi nama-Mu,”
2Tawarikh 6:34 “Apabila umat-Mu
keluar untuk berperang melawan musuh-musuhnya, ke arah manapun Engkau menyuruh
mereka, dan apabila mereka berdoa kepada-Mu dengan berkiblat ke kota yang telah Kaupilih ini dan ke rumah yang telah
kudirikan bagi nama-Mu,”
2Tawarikh 6:38 “apabila mereka
berbalik kepada-Mu dengan segenap hatinya dan dengan segenap jiwanya di negeri
orang-orang yang mengangkut mereka tertawan, dan apabila mereka berdoa
kepada-Mu dengan berkiblat ke negeri
mereka yang telah Kauberikan kepada nenek moyang mereka, ke kota yang telah
Kaupilih dan ke rumah yang telah kudirikan bagi nama-Mu,”
Kafir pemuja Yesus menulis: Arah kiblat ditentukan ketika Muhammad
dan rekan-rekannya hijrah ke Medinah. Di situ banyak bangsa Yahudi mempunyai
pengaruh besar di bidang pemerintahan, ekonomi dan sosial budaya. Mereka juga
sangat fanatik beragama. Setiap hari mereka sembahyang dengan kiblat ke
Yerusalem. Karena berada di negeri orang Muhammad menetapkan kiblat sholat ke
Yerusalem. Akhirnya dia berhasil mengusir bangsa Yahudi dari Medinah dengan
kekuatan pedang. Dengan alasan mendapat wahyu dari Allah, kiblat sholat yang
awalnya ke Yerusalem diganti menjadi ke arah Mekkah karena di sana ada
”Baithollah / Rumah Allah.” Baithollah sekarang dikenal sebagai “Kaabah dan
Batu Hitamnya.” (QS. Al-Baqarah 142-145; 149-150).
Jawab: Sangat salah apabila dikatakan arah kiblat ke Baitul Maqdis
baru ditentukan setelah Nabi Muhammad SAW dan umat Islam hujrah ke Madinah. Karena
umat Islam sudah Shalat menghadap Baitul Maqdis ketika masih berada di Mekkah. Kafir
Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa alasan umat Islam shalat dengan berkiblat
ke baitul Maqdis adalah untuk menarik simpati orang-orang Yahudi. Pernyataan
tersebut salah dengan bukti pernyataan mereka sendiri yang menyatakan bahwa
Nabi Muhammad SAW berhasil mengusir Yahudi dari Madinah dengan kekuatan pedang.
Jika Nabi Muhammad SAW sanggup mengusir Yahudi dari Madinah, mengapa Beliau
beserta umatnya harus mencari simpati Yahudi dengan shalat menghadap Baitul
Maqdis?
Ketika Allah SWT menetapkan
Baitul Maqdis sebagai kiblat shalat, Rasulullah SAW selalu menengadahkan
wajahnya ke langit, sangat berharap agar Allah SWT berkenan memindahkan kiblat
Shalat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah. Hal itu tidak mungkin dilakukan Nabi jika
tujuan Shalat menghadap Baitul Maqdis untuk mencari simpati orang-orang Yahudi.
Sebagaimana firman Allah yang
artinya:
Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu
adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan. (Al Baqarah: 144).
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Umat Islam mengakui bahwa Allah
itu pada satu titik yang bersamaan ada di mana-mana di setiap sudut, penjuru
dimensi dunia dan alam semesta ini. Itu betul! Namun “sepertinya” minimal lima
kali dalam sehari semalam Allah hanya berada di Mekkah dalam Kabah. Betulkah
Allah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya mempunyai rumah atau bait
di dunia, khususnya di Mekkah? Mungkinkah Allah berada di Baithollah lima kali
sehari pada waktu-waktu khusus yaitu subuh, lohor, asyar, maghrib dan isya?
Jawab: Dapat saya katakan, jika ada seorang Muslim yang mengatakan
bahwa Allah SWT ada di mana-mana, dia bukanlah seorang Muslim yang berilmu.
Karena Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah meyakini bahwa Allah SWT bersemayam di
atas ‘Arsy, Dia tidaklah berada di alam ini (sebagaimana makhluk-Nya), bahkan
Allah terpisah dari makhluk-Nya. Namun Allah tetap mengetahui segala sesuatu,
tidak ada sesuatu di bumi dan di langit yang samar dari-Nya. Allah Ta’ala
berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS. Al A’raf : 54)
“ (Yaitu) Rabb Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (QS.
Thoha: 4-5)
“Kemudian Allah bersemayam di atas Arsy, (Dialah) Yang Maha Pemurah,
maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada yang lebih mengetahui (Muhammad)
tentang Dia.” (QS. Al Furqon: 59)
Masjidil Haram atau Ka’bah memang
di sebut Baitullah yang artinya rumah Allah. Tetapi bukan berarti Allah tinggal
di dalam Ka’bah. Masjidil Haram atau Ka’bah di sebut rumah Allah karena di
dalamnya banyak di sebut nama Allah, tempat untuk shalat shalat dan membaca
Al-Qur’an. Umat Islam shalat lima waktu menghadap kiblat Ka’bah bukan karena
pada saat itu Allah ada di dalam Ka’bah, umat Islam tidak berpikir sepicik itu.
Umat Islam shalat lima waktu dan shalat-shalat sunah lainnya menghadap kiblat
(Ka’bah) karena rukun shalat mengharuskan demikian. Allah bersemayam di atas
Arsy, bukan tinggal di dalam Ka’bah atau di bagian mana pun di alam ini,
seperti penjelasan saya di atas.
Istilah Baitullah, Bait Allah
atau rumah Allah juga terdapat di dalam Bibel. Gereja-gereja pun di sebut rumah
Tuhan. Jika kafir Kristen pemuja Yesus mengatakan bahwa Tuhan umat Islam berada
di dalam Ka’bah karena Ka’bah di sebut Baitullah atau rumah Allah. Bukankah
kami umat Islam juga dapat berkata bahwa Tuhan kafir Kristen juga tinggal di
dalam gereja di setiap hari minggu?
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Islam dengan tegas melarang
pengikutnya menyembah patung dan berhala. Hal itu berarti syirik/menduakan
Allah. Ini bertentangan dengan inti syahadad “Lailahailallah.” Yang menjadi
pertanyaan, apakah berjuta-juta umat Islam dalam melaksanakan ibadah haji
dengan ruku dan sujud menyembah Kabah bukan berarti syirik? Mereka mencium Batu
Hitam yang ada di dalamnya. Pada waktu yang sama mereka juga mengucapkan doanya
“Allahuma labaik bismillahilahu akbar.” Artinya: “Kami memenuhi panggilanmu ya
Allah!” Hal ini dilakukan sebanyak tujuh kali berturut-turut. Kitab Suci dengan
jelas melarang tindakan seperti ini.
Jawab: Tuduhan yang selalu di ulang-ulang oleh Kafir Kristen pemuja Yesus adalah tuduhan bahwa umat Islam menyembah Ka’bah atau Hajar Aswat. Ka’bah hanyalah kiblat dan Hajar Aswat hanya sebongkah batu. Tidak ada seorang muslim pun yang menganggap Ka’bah dan Hajar Aswat sebagai Tuhan dan memujanya. Mereka sama sekali tidak mengerti esensi sebuah kiblat dalam agama Islam. Jika hanya karena umat Islam shalat menghadap ke arah Ka’bah dikatakan menyembah Ka’bah, lalu bagaimana dengan Yesus yang sujud berdoa menghadap Bait Allah (Matius 26:39, 1Raja-Raja 8:48). Dan jika umat Islam yang mencium Hajar Aswat dikatakan menyembah batu, lalu apakah yang dilakukan Paus ini dapat dikatakan menyembah patung???
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Kami yakin pemikir-pemikir
Islam mempunyai jawabannya, walaupun itu membingungkan. Kami tahu umat Islam berpegang
teguh pada konsep Tauhid. Kami juga memuji mereka yang konsisten melakukan
sholat. Jelas jutaan orang Islam ingin hidup berkenan pada Allah. Namun hal-hal
yang disebutkan di atas sulit dimengerti oleh umat Kristen karena tidak
mendapat dukungan dalam Kitab Suci.
Jawab: Sebetulnya tidak ada yang membingungkan dari jawaban-jawaban
umat Islam. Masalah bukan terletak pada jawaban-jawabannya, tapi justru
terlatak pada ketidakmauan kafir Kristen pemuja Yesus untuk memahami jawaban.
Jika konsep Trinitas yang demikian rumit saja dapat mereka pahami, bagaimana
mungkin mereka dapat binggung dengan jawaban-jawaban Muslim. Dalam jawaban di
atas juga saya sertakan ayat-ayat Bibel dan contoh dari Paus atau bahkan dari
Yesus sendiri. jadi jangan katakan tidak mendapat dukungan dari Bibel lagi.
Kafir Kristen pemuja Yesus menulis: Alkitab mengajarkan Allah tidak
mempunyai rumah di dunia. Langit adalah takhta-Nya dan bumi adalah tumpuan
kaki-Nya (Injil, Kisah Para Rasul 7:48-50). Allah dalam satu detik yang
bersamaan ada dimana-mana. Dia selalu ada di setiap milimeter di muka bumi dan
jagad raya ini. Itulah sebabnya bila berdoa atau bersolat kepada Allah tidak
memerlukan kiblat, berdoa dapat ke arah mana saja. Dimana kita berdoa, disitu
ada Allah. Selain itu gerakan-gerakan jasmani (ruku, sujud, berdiri dst.) tidak
diperlukan. Demikian juga halnya dengan doa yang dilafalkan dengan suara-suara
yang berirama. Yang terutama, berdoalah dengan roh dan kebenaran karena Allah
itu Roh adanya. (Injil, Rasul Besar Yohanes 4:21-24).
Yang lebih indah lagi Roh Allah
ingin bertempat tinggal di dalam diri tiap orang yang menerima Isa Al-Masih
sebagai Juru selamat: Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh
Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah . . . ?
(Injil, Surat I Korintus 6:19) Tubuh kita dapat menjadi “Rumah Roh Allah.”
Jawab: Bibel mengajarkan Tuhan tidak mempunyai rumah di dunia,
demikian juga dalam Islam. Al-Qur’an mengajarkan bahwa Allah bersemayam di atas
Arsy. Sebutan Baitullah, Bait Allah atau rumah Allah yang ada dalam Al-Qur’an
dan Bibel sesungguhnya hanya bermakna kiasan bukan makna sesungguhnya. Saya
tidak kaget kalau kafir Kristen mengatakan Tuhan mereka berada di mana-mana.
Jangankan cuma berada di mana-mana, Tuhan mereka jadi anjing, babi, atau tai
saja bisa kok.
Bangsa Israel berdoa atau
beribadah dengan berkiblat menghadap Bait Allah yang ada di Yerusalem sebagaimana
terdapat dalam 1Raja-raja 8:44, 1Raja-raja 8:48, 2Tawarikh 6:34 dan 2Tawarikh
6:38. Dan tentu demikian juga Yesus yang menyembah dan berdoa dengan cara
bersujud (Matius 26:39). Jika umat kafir Kristen pemuja Yesus tidak berdoa dan
menyembah dengan cara yang sama sebagaimana Yesus berdoa dan menyembah, maka
dapat dikatakan mereka bukanlah umat Yesus, melainkan umat Paulus karena mereka
lebih mengutamakan ajaran-ajaran Paulus dari pada menjalankan ajaran Yesus.
Selesai.
Subhanallahh....jawaban yg sangat jelas dan terperinci...semoga menambah wawasan tentang islam untuk sya...
BalasHapusSubhanallah... Semua agama mengajarkan keselamatan dengan cara yg berbeda... Ada yg berdoa dengan cara berteriak kepada Allah.. ada yg berdoda dengan mengunci pintu di dalam kamar dan berdoa dlm hati.
BalasHapusWah...saya tidak tahu kalau ada agama yang berteriak saat berdoa kepada Allah. Yang saya tahu, ada memang agama yang kalau beribadah "memuja tuhan" dengan cara menyanyi sambil joget jingkrak-jingkrak dengan iringan musik ROCK N ROLL. Sedangkan Islam sendiri menganjurkan umatnya untuk tidak berdoa dengan suara yang keras, sebagaimana firman Allah; Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas (Al A'raaf: 55). Kalau begitu bagaimana dengan adzan, kenapa dilakukan dengan suara keras? Adzan bukan termasuk doa ya, jadi tidak melanggar Al A'raaf: 55. Mengapa adzan harus dilakukan dengan keras, itu karena tujuan azdan adalah sebagai seruan kepada umat Islam untuk segera mendatangi masjid-masjid guna menunaikan shalat berjamaah.
Hapus