Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah seseorang dari umat ini baik Yahudi dan Nashrani mendengar tentangku, kemudian dia meninggal dan tidak beriman dengan agama yang aku diutus dengannya, kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka." (Shahih Muslim: 218)

Apakah Menaati Lima Rukun Islam Membuat Saya Masuk Surga?

Kristen: Karena Allah itu adil, Dia menuntut pembayaran untuk dosa – tanpa memperdulikan betapa taatnya kita pada Lima Rukun.

Apakah Anda orang Islam yang taat? Kalau demikian, Anda betul-betul percaya pada Allah yang esa, Pencipta alam semesta, dan Muhammad nabi-Nya. Setelah Anda mati, Anda ingin masuk firdaus, namun bagaimana Anda dapat lepas dari neraka? Anda katakan, “Ah, kesetiaanku dalam menaati Lima Rukun lebih besar dari dosa-dosaku.” Lima hari sekali Anda bersujud ke arah Mekkah. Kalimat syahadat sering terucap dari bibir Anda. Selama Ramadhan mulut Anda tidak menyentuh roti dan air. Anda menabung untuk naik haji ke Mekkah sambil dengan sukarela memberi zakat pada kaum fakir.

Namun Anda tetap bertanya, “Cukupkah?” Hati nurani Anda menuduh Anda gagal mencapai standar Allah. Bagaimana mungkin Allah dapat mengizinkan seseorang masuk surga kalau orang itu sudah dinodai oleh dosa, sekecil apapun dosa itu? Allah adalah Hakim yang adil. Di dunia sekalipun seorang hakim harus menghukum dosa. Seorang hakim tidak boleh mengampuni seseorang yang telah mencuri hanya karena si kriminal itu mengaku pergi ke mesjid tiap jum’at dan berpuasa pada bulan Ramadhan. Kalau dosa tidak dihukum, hukum tidak lagi ditegakkan, dan Allah tidak lagi dihormati.


Allah itu adil dan tidak akan membiarkan dosa tidak dihukum, tidak peduli betapa rajinnya ke Lima Rukun dipelihara atau berapa banyak amal yang dilakukan. Surga hanyalah bagi mereka yang sama sekali tak bercacat. Satu dosa mengakibatkan manusia yang pertama jatuh. Dosa ini bukan “dosa besar” seperti perzinahan, pembunuhan atau menghujat. Saat makan buah larangan, ketidaktaatan Adam yang satu-satunya itu membawa kutukan dosa atas dunia ini.

Dapatkah kita lolos? Kita yang tidak menghormati orang tua kita, berbohong pada sesama atau menipu pelanggan kita? Kita yang terus menerus berdosa dengan menempatkan kepentingan diri sendiri dan bukannya mengasihi Allah. Dapatkah kita masuk surga dengan dosa kita – sekalipun kita memelihara Lima Rukun?

Jikalau kita jujur, kita akan mengakui bahwa yang pantas bagi kita adalah neraka. Kita membutuhkan belas kasih Allah. Namun bagaimana Allah bisa berbelas kasihan dan sekaligus adil? Qur’an menasihati Anda untuk mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan di dalam Alkitab (Sura 10:94).

Alkitab menjelaskan bagaimana belas kasihan Allah bersanding dengan keadilan-Nya. “Sebab tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa. Tetapi sekarang, tanpa hukum Taurat kebenaran Allah telah dinyatakan, seperti yang disaksikan dalam Kitab Taurat dan Kitab-kitab para nabi, yaitu kebenaran Allah karena iman dalam Yesus Kristus bagi semua orang yang percaya. Sebab tidak ada perbedaan.” (Roma 3:20-22). Menaati hukum Taurat tidak dapat membawa kita ke surga. Sebaliknya hukum Taurat justru mengungkapkan dosa kita. Keadilan Allah menuntut kematian sebagai akibat dosa, namun belas kasihan-Nya menyediakan pengganti – Yesus – yang mati bagi dosa kita.

Karena Yesus/Isa dilahirkan oleh kuasa Roh Kudus melalui anak dara Maria, Dia tidak mewarisi natur dosa dari Adam. Yesus disebut sebagai Adam yang kedua (Al-imran 3:59; 1 Korintus 15:22). Ketidaktaatan Adam membawa kutukan dosa ke dalam dunia, hidup Yesus yang sempurna membawa harapan untuk firdaus.

Dia mati di salib bagi mereka yang percaya kepadaNya untuk membayar hukuman dosa kita. Allah membuktikan bahwa pengorbanan itu telah mengalahkan dosa dengan jalan membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Dia menyelamatkan semua yang berbalik dari dosa dan percaya kepadaNya, bukan perbuatan baik. Setelah dosa dikalahkan, kita dapat memiliki relasi dengan Allah dan masuk surga.

“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus. Jika demikian, apakah dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan apa? Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan berdasarkan iman! Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat. Atau adakah Allah hanya Allah orang Yahudi saja? Bukankah Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain? Ya, benar. Ia juga adalah Allah bangsa-bangsa lain! Artinya, kalau ada satu Allah, yang akan membenarkan baik orang-orang bersunat karena iman, maupun orang-orang tak bersunat juga karena iman. Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya … Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Roma 3:23-31; 6:23)


Jawaban Saya:

Rukun Islam terdiri daripada lima perkara, Yaitu; Mengucap dua kalimat syahadat, Menunaikan salat lima waktu, Berpuasa pada bulan Ramadhan, Mengeluarkan zakat, Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu. Meninggalkan salah satu rukun Islam adalah dosa besar. Maka jika Misionaris Kristen berkata kepada anda bahwa menjalankan lima rukun Islam tidak akan atau belum cukup menyelamatkan anda dari Neraka, itu berarti mereka ingin agar anda membatalkan keislaman anda, berharap agar anda melakukan dosa besar dan tidak memperoleh pengampunan Allah SWT yang itu justru akan menjerumuskan anda masuk neraka. Karena mengucap dua kalimat syahadat itu syarat seseorang masuk Islam, sedangkan hanya Islam satu-satunya yang diterima-Nya (Ali 'Imran: 85). Sementara Shalat dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai batas seseorang itu beriman atau kafir (Muslim: 116), sedangkan puasa Ramadhan apabila dikerjakan dengan dorongan iman maka akan dapat menghapus dosa (Bukhari: 1768), sedangkan Zakat berfungsi untuk membersihkan harta dan jiwa, menolak mengeluarkan zakat berarti telah siap dengan siksa Allah SWT (Muslim: 1647), dan ibadah Haji apabila Mabrur (diterima Allah SWT) tidak ada balasan selain surga (Bukhari: 1650).     

Sangat wajar apabila seorang Misionaris Kristen menyatakan bahwa menjalankan lima rukun Islam tidak akan atau belum cukup menyelamatkan seorang Muslim. Hal ini mereka lakukan semata-mata agar “dagangan” mereka laku. Sedangkan Allah SWT sendiri telah menjanjikan surga kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, hanya beriman dan beramal saleh, hanya dua syarat itu saja kok yang Allah SWT minta. Allah SWT tahu akan kekurangan kita sebagai manusia, oleh karenanya, kita tidak di minta beramal saleh sesuai dengan standar Allah SWT, kita hanya di minta beramal semampu kita, sebagaimana dalam Hadits Shahih;

Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin 'Ar'arah telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sa'd bin Ibrahim dari Abu Salamah dari Aisyah radliallahu 'anha bahwa dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah ditanya; "Amalan apakah yang paling dicintai Allah?" Dia menjawab; 'Yang dikerjakan terus menerus walaupun sedikit, lalu beliau bersabda: 'Beramallah sesuai dengan kemampuan kalian.' (Bukhari: 5984)

Telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah telah menceritakan kepada kami Abdurrahman Al A'raj berkata; aku mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Beramallah sesuai dengan kemampuan kalian, karena sesungguhnya sebaik-baik amalan adalah yang paling rutin dikerjakan meskipun sedikit." (Ahmad: 8245)  

Telah menceritakan kepada kami Al 'Abbas bin 'Ustman Ad Dimasyqi telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah telah menceritakan kepada kami Abdurrahman Al A'raj saya mendengar Abu Hurairah berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Laksanakanlah oleh kalian amalan semampu kalian, sesungguhnya sebaik-baik amalan adalah yang di kerjakan secara terus menerus walaupun sedikit." (Ibnu Majah: 4230)

Sebagai manusia biasa tentu saja kita tidak akan pernah luput dari berbuat dosa, baik sengaja atau tidak. Di dalam agama Islam, sebesar apapun dosa dapat diampuni Allah SWT, selagi orang yang telah berbuat dosa tersebut mau meminta ampun kepada Allah SWT dan bertobat kepada-Nya. Agar taubat seseorang itu diterima, maka dia harus memenuhi tiga hal yaitu: Menyesal, Berhenti dari dosa, dan Bertekad untuk tidak mengulanginya. Jika dosa tersebut berkaitan dengan hak anak Adam, maka ada satu hal lagi yang harus ia lakukan, yakni dia harus meminta maaf kepada saudaranya yang bersangkutan, seperti minta diikhlaskan, mengembalikan atau mengganti suatu barang yang telah dia rusakkan atau curi dan sebagainya. Jika seorang Muslim meninggal dunia dengan masih membawa dosa yang belum diampuni, maka ia akan menerima siksa Tuhan di neraka, bukan untuk selamanya, melainkan hanya sekedar untuk membersihkannya dari dosa. Sebagaimana dalam sebuah hadis di bawah ini;

Telah menceritakan kepada kami Yusuf bin Rasyid telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Abdullah telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin 'Iyyasy dari Humaid berkata, "Aku mendengar Anas radliyallahu'anhu berkata, "Aku mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Jika hari kiamat tiba, maka aku diberi syafaat, lantas aku berkata: 'Wahai rabb, tolong masukkanlah ke dalam surga siapa saja yang dalam hatinya masih ada sebiji sawi iman.' Lantas mereka pun masuk, kemudian aku berkata: 'Masukkanlah dalam surga siapa saja yang dalam hatinya ada iman sekalipun dalam tingkatan paling rendah." Anas berkata, "Seakan aku melihat jari-jari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." (Bukhari: 6955)

Sangat berbeda dengan pengampunan dosa menurut hukum Taurat, hukum Taurat hanya mengharuskan orang yang berdosa untuk mempersembahkan korban tebusan, tanpa memohon ampun atau menyesal. Tetapi bukan semua dosa dapat ditebus dengan korban tebusan, hanya dosa ringan yang dilakukan karena tidak sengaja berbuat salah. Dosa ringan yang saya maksud di antaranya adalah menolak menjadi saksi atas kesalahan orang lain, terkena najis, tidak mengakui barang yang telah dipercayakan, perampasan barang, pemerasan, menemukan barang yang hilang dan tidak mau mengakuinya serta masih banyak lagi perbuatan dosa yang harus mempersembahkan korban penebus salah/dosa agar memperoleh pengampunan. Sedangkan dosa berat seperti menyembah selain Tuhan, membunuh, memukul/mengutuki ayah atau ibu, menculik manusia dan menjualnya, menggauli binatang, melanggar kekudusan hari Sabat, bersetubuh dengan budak orang lain, berzina, menghujat nama Tuhan dan lain-lain, akan dihukum mati dan tidak ada pengampunan dengan mempersembahkan korban tebusan.

Dalam agama Kristen juga terdapat sistem pengampunan dosa. Sama dengan hukum Taurat, agama Kristen juga mengharuskan orang yang berdosa untuk mempersembahkan korban tebusan. Korban tebusan dalam agama Kristen bukan seperti yang di minta Taurat berupa kambing, domba, lembu, burung tekukur atau anak burung merpati, melainkan Yesus sendiri. Agama Kristen memiliki keyakinan bahwa korban tebusan yang biasa di minta hukum Taurat belum cukup untuk menebus dosa manusia, karena dosa yang di maksud oleh agama Kristen adalah dosa akibat pelanggaran Adam yang menjadi kutuk dunia, dosa akibat pelanggaran Adam itulah yang menurut mereka kemudian membuat anak cucu Adam dapat berbuat dosa, dosa ini dalam agama Kristen bernama dosa asal. Dosa asal tersebut hanya dapat di hapus oleh darah Yesus yang menurut Kristen tidak membawa natur dosa dari Adam. Menurut pendapat saya, Adam bukanlah makhluk suci (tidak dapat berbuat dosa), Tuhan menciptakan Adam dengan “potensi dapat berbuat dosa”, karena itulah Adam dapat melakukan pelanggaran. Kita dapat berdosa karena “potensi dapat berbuat dosa” yang diberikan oleh Tuhan kepada Adam yang kemudian menurunkannya kepada kita, jadi bukan karena pelanggaran Adam kita sekarang dapat berbuat dosa. Doktrin dosa asal (natur dosa dari Adam) sepenuhnya bersumber pada ajaran sesat Paulus, tidak saya temukan dasarnya dalam Bibel Perjanjian Lama. Jika doktrin dosa asal tidak memiliki dasar dalam Bibel, maka dengan otomatis, doktrin yang berhubungan dengan doktrin dosa asal seperti doktrin penebusan dosa oleh Yesus di kayu salib, telah runtuh dengan sendirinya. Klik di sini untuk membaca postingan saya mengenai dosa asal.
  
Walaupun dangkal sekali akan pemahaman Al-Qur’an, misionaris Kristen tanpa rasa malu sering kali mengutip beberapa ayat-ayat Al-Qur’an untuk membenarkan “dagangan” mereka. Di antaranya adalah surah Yunus: 94 dan Al-imran: 59. Kedua ayat tersebut sudah sering ditanyakan dan sudah sering pula dijawab oleh saudara-saudara Muslim di dunia maya, oleh karenanya di sini saya akan menjawabnya dengan singkat saja.

Maka jika kamu (Muhammad) berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang membaca kitab sebelum kamu. Sesungguhnya telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (Yunus: 94)

Misionaris Kristen mengatakan bahwa ayat di atas adalah nasihat Al-Qur’an untuk umat Islam agar mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan di dalam Alkitab (Bibel). Pendapat misionaris tersebut salah BESAR. Ayat di atas memang menyarankan Nabi Muhammad SAW (BILA RAGU) agar bertanya kepada Ahli Kitab perihal kisah-kisah Bani Israel di ayat-ayat sebelumnya. Namun, apakah Nabi Muhammad SAW ragu-ragu terhadap wahyu yang turun kepada Beliau? Tidak, tidak sama sekali! Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah bertanya kepada Ahli Kitab tentang kisah-kisah Bani Israel, karena Beliau tidak pernah ragu-ragu terhadap wahyu yang Ia terima. Umat Islam akan meneladani Nabi Muhammad SAW dalam menerima wahyu Allah SWT, tidak ragu dan tidak perlu bertanya pada Ahli Kitab atau Alkitab (Bibel).

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali-Imran: 59)

Ayat di atas sesungguhnya adalah sanggahan terhadap Teologi Kristen sendiri. Penciptaan Yesus itu bukan sesuatu yang luar biasa karena Allah SWT pernah menjadikan Adam dengan cara yang jauh lebih hebat. Yesus dijadikan Allah SWT melalui rahim seorang wanita (yang dalam Kristen punya dosa natur Adam), sedangkan Adam diciptakan Allah SWT secara langsung, tanpa proses kelahiran sebagaimana manusia pada umumnya, jadi sangat salah umat Kristen memuja Yesus sebagai Tuhan.

Kesimpulan:

Sebagai penutup, mari kita renungkan ajaran pengampunan dosa dalam agama Kristen.


Bibel Perjanjian Lama menggambarkan Tuhan sebagai pribadi yang pencemburu, pendendam, penuh murka terhadap musuh-musuhnya dan tegas dalam memberi hukuman pada orang-orang berdosa. Orang yang berbuat dosa ringan diharuskannya mengorbankan korban penebus salah untuk membuatnya Tahir atau suci kembali, sedangkan orang yang berbuat dosa berat akan dimusnahkan dari bangsa Israel. Ada banyak contoh dalam Bibel Perjanjian Lama bagaimana Tuhan menghukum orang-orang yang berdosa. Kita dapat membaca, bagaimana Tuhan menghukum mati sebagian bangsa Israel yang telah membuat dan menyembah anak lembu tuangan dengan cara saling bunuh (Keluaran 32:27), Tuhan juga membunuh Uza hanya karena tidak sengaja memegang tabut Tuhan (1Tawarikh 13:9-10), bahkan Tuhan tidak ragu berupaya membunuh Musa, utusannya sendiri, hanya karena anaknya belum di sunat (Keluaran 4:24-25). Melihat begitu tegasnya Tuhan dalam menghukum orang berdosa, mungkinkah orang berakal akan berpikir Tuhan yang sama akan turun ke dunia hanya untuk menjadi tebusan dosa? Manusia yang berdosa tapi mengapa harus Tuhan yang menanggungnya? Tidak berdosa tapi menanggung balasan dari dosa, apakah itu adil? Hanya orang tak berakal yang menjadikan Tuhan sendiri sebagai tebusan dosa dirinya. Semoga anda tidak termasuk bagian dari agama yang menjadikan Tuhan sendiri sebagai penebus dosa.

Subscribe to receive free email updates:

4 Responses to "Apakah Menaati Lima Rukun Islam Membuat Saya Masuk Surga?"

  1. apakah dengan mentaati 5 rukun islam saya akan masuk surga. Jawabannya adalah: TIDAK. Sebab firman Allah mengatakan bahwa untuk masuk surga kita harus bersih dari noda dosa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Allah SWT Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Jika seorang Muslim terlanjur berbuat dosa, maka cukup baginya memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT. Tidak seperti kafir Kristen yang harus mengkorbankan tuhan agar dosanya diampuni.

      Hapus
    2. Kamu AGUS EKO memang orang yang tidak bisa makai otak. Alias gak punya otak. Orang sinting tapi sok sok an mau nyeramahin orang. Kalau dengan mengamalkan rukun islam tapi tetap tidak masuk surga lha terus dengan cara apa kami bisa masuk surga. Apakah dengan percaya pada yesus sebagai tuhan dan juru selamatmu terus otomatis masuk surga iya. Memang kau AGUS EKO orang segoblok gobloknya dan sedungu dungunya orang. Kamu pikir bisa menyesatkan kami dengan kata kata konyolmu, hehhh gk ngefek gk.

      Hapus
    3. Sabar, Mas Arif Budi. Orang kafir semacam Agus Eko sangat buta Alkitab. Dia percaya membabi buta dengan ajaran gereja tanpa menelaah apakah yang diajarkan gereja sudah sesuai Alkitab. Saya juga yakin kalau dia tidak membaca postingan saya. Hanya melihat judul kemudian komentar. Takut sekali orang-orang kafir semacam dia membaca postingan yang di anggap dapat mengganggu keyakinannya.

      Hapus

Pastikan komentar anda tidak keluar dari topik, komentar di luar itu tidak akan pernah ditayangkan.